Jumat, 13 Juli 2007

Mengeluh atau taat

Bacaan: Bilangan 17:1-12

Kepemimpinan Harun sekarang terus dipertanyakan oleh bangsa Israel. Telah berulangkali Allah menyatakan pilihanNya atas Harun sebagai Imam. Kali ini Allah menyatakan dengan mengumpulkan masing-masing tongkat mewakili ke duabelas suku dimana tiap-tiap suku menuliskan nama suku mereka di tongkat tersebut. Hanya pada suku Lewilah Allah meminta dituliskan nama Harun, bukan nama suku mereka. Kemudian tongkat itu diletakkan didalam kemah hukum Allah. Keesokan harinya, ternyata tongkat Harun yang bertunas, bahkan berbunga dan berbuah. Ajaib sekali, tongkat berupa kayu mati, bisa menghasilkan kehidupan dalam satu malam saja. Dengan ini Allah menyatakan sekali lagi dengan jelas dan didepan mata seluruh bangsa Israel pilihanNya atas Harun.

Apakah sungut-sungut bangsa Israel berhenti? Ternyata tidak. Mereka sekarang mengeluh lagi, takut mati karena berdekatan dengan kemah suci Allah.

Aneh bin ajaib. Allah sudah sedemikian banyak menyatakan mujizatNya kepada bangsa Israel. Tetapi mereka memang tegar tengkuk dan bebal hatinya. Ini menunjukkan bahwa mujizatpun tidak bisa menjamin bahwa manusia bisa berubah dihadapan Allah. Berarti, hanya Allah sajalah yang sesungguhnya bisa merubah kecenderungan hati manusia untuk hidup berkenan dihadapanNya.

Mengeluh dan taat adalah dua hal yang berdampingan. Bisa saja beberapa orang mengalami kasus yang sama, tetapi hasilnya ada yang bersungut-sungut dan ada yang tetap optimis. Mengapa bisa demikan? Karena ketaatan membutuhkan kepercayaan yang melampaui bukti. Karena ternyata bukti juga tidak dapat membuat manusia taat kepada Allah. Kecenderungan hati yang mau dan hanya mau menolak Allah adalah hakekat dari manusia itu sendiri. Kita sudah rusak total dihadapan Allah. Baik rasio, emosi maupun kemauan kita sudah terdistorsi. Bagaikan roda, maka rasio, emosi dan kemauan kita tidak lagi berada pada titik as tengah. Sehingga setiap gerakan hanya akan mengakibatkan kerusakan yang lebih dan lebih lagi. Semakin aktif bergerak, semakin membuat kendaran itu menjadi rusak.

Marthin Luther mengatakan kita bagaikan kelereng (gundu) yang sudah turun dari lintasan didaerah atas masuk ke lintasan bagian bawah. Kita memang masih bergerak bebas, tetapi bergerak di lintasan bawah. Dengan segala kemampuan kita bergerak, sudah tidak memungkinkan lagi untuk pindah ke lintasan atas, tempat yang baik dan menyenangkan. Demikian juga dengan manusia. Kecenderungan hati yang sudah rusak, mengakibatkan apapun mujizat yang Allah lakukan, tetap saja tidak merubah kehidupan untuk percaya kepada Allah.

Hanya Allahlah yang sanggup merubah hati kita untuk percaya kepadaNya.

Tadi mobil yang saya kendarai mogok. Distater tidak bisa hidup. Padahal ini bukanlah mobil tua. Masih baru, keluaran tahun 2005. Mobil terpaksa didorong, tetapi tetap saja tidak mau hidup. Seminggu terakhir ini memang saya merasakan kalau mau menghidupkan mobil sudah tidak selincah dulu lagi. Akhirnya mobil saya buka bagian yang membungkus aki-nya. Apa yang terjadi? Air akinya hanya berisi separuh dan diseluruh bagian arus positip dan negatip sudah dipenuhi oleh serbuk putih yang merupakan reaksi kimiawi dari aki itu sendiri dan air akinya. Aki saya bersihkan dengan kuas dan amplas, kemudian saya pasang kembali. Ternyata belum bisa juga, karena tadi sudah habis tenaganya ketika coba dihidupkan hingga beberapa kali.
Apapun yang terjadi, mau diamplas lagi, mau didorong, tetap saja akan mogok. Akinya sudah tidak bertenaga baik lagi. Solusinya pergi ke tukang aki untuk tambah air aki dan di strom untuk meningkatkan arus yang ada didalamnya. Perubahan kondisi di luar, tidak mengakibatkan mobil jalan. Tetapi perubahan pada aki mobil yang bisa membuat jalan kembali.

Demikian juga dengan saudara dan saya. Mujizat sebanyak apapun juga tidak akan berpengaruh pada hati kita, kecuali kita diberikan hati yang baru atau hati yang terus diperbaharui untuk bisa memuji dan memuliakanNya. Bukan hal yang diluar kita yang bisa merubah kita untuk taat, tetapi perubahan yang didalamlah yang bisa membuat kita berespon secara tepat kepadaNya.

Taat dan mengeluh adalah hasil dari hati yang berbeda ketika mengalami masalah yang sama. Hati yang lama dan kusam akan mengakibatkan kita mengeluh dalam kondisi apapun juga. Hati yang baru akan selalu mau belajar taat dalam kondisi apapun juga.
Engkau ingin memiliki hati yang baru dan terus diperbaharui? Datanglah pada Yesus, Ia akan memberikannya. Ia sudah lama menanti saudara dan saya untuk terus menerus di ”cas” olehNya. Maukah saudara?