Kamis, 31 Mei 2007

Menunggu: mengalihkan aktifitas

Bacaan: 2 Korintus 2:1-4

Paulus telah berencana untuk datang kembali ke Korintus. Ini merupakan kunjungannya yang ke tiga. Kunjungannya yang kedua merupakan kunjungan yang kurang menyenangkan. Paulus ingin mendisiplinkan jemaat disana yang meragukan otoritasnya sebagai rasul. Kunjungan kedua bisa terjadi diantara pengiriman surat 1 Korintus dan 2 korintus. Namun ada juga yang mengatakan itu terjadi sebelum surat 1 korintus. Tetapi pada dasarnya Paulus kurang senang dengan pertemuan itu, karena itu bukan pertemuan yang membuat sukacita. Itu yang menjadikan alasan bagi Paulus untuk menunda, supaya pertemuan yang ketiga ini tidak menjadi pertemuan yang sama. Paulus ingin ini menjadi pertemuan yang menyenangkan.

Karena itulah, Paulus menuliskan pada ayat tiga: “I wrote as I did ….. out of great distress and anguish” - NIV. Gereja pada abad awal setuju, ini merujuk pada surat yang pertama. Namun sekarang secara luas diterima, bahwa ada surat intermediasi, yaitu surat lain antara surat 1 Korintus dan 2 Korintus. Berdasarkan surat intermediasi itu, maka Paulus tidak lagi berkeinginan datang dengan penuh kesedihan. Dia tidak ingin mengatur dan mendisiplin lagi disana seperti yang pernah dilakukannnya. Karena itulah Paulus menuliskan surat 2 Korintus ini menjadi bentuk surat yang menggembalakan. Paulus memilih untuk tidak mendisiplin mereka dengan keras melalui surat ini.

Saya membayangkan penolakan jemaat Korintus ini, sebagai penolakan yang keras sekali atas Paulus. Hatinya pasti sangat terluka. Saya penah merasakan hal itu juga dalam skala kecil. Bagaimana dalam anugrah Tuhan, kami merintis suatu kelompok pelayan menjadi militan. Namun akhirnya kami harus ditolak bahkan dikeluarkan dengan alasan yang tidak-tidak orang sekelompok orang yang kurang senang dengan pelayanan kami. Ini menyedihkan sekali. Perlu waktu lama untuk boleh merenungkan apa maksud Tuhan akan hal ini.

Acapkali, kalau saya boleh merenung ulang akan perjalanan pelayanan, maka seringkali kita berlindung dibalik perkataan: Ini memang jalan Tuhan. Pasti ada hal positif yang Tuhan rencanakan bagi hidup saya. Itulah mengapa hal ini perlu terjadi dan lain sebagainya.

Namun sesungguhnya tidaklah demikian. Secara komitmen, ucapan dan persetujuan rasio, kita bolehlah berkata demikian. Namun sesungguh-sungguhnya, jauh direlung hati yang paling dalam, belum bisa menerimanya. Mungkin perlu waktu bertahun-tahun untuk bisa menerima dengan rela perlakukan yang demikian. Mungkin juga tidak untuk selamanya. Saya tidak tahu mengapa. Mungkin saat bertemu dengan Tuhan Yesus, kita baru mengerti kenapa.

Merenungkan pergumulan Paulus atas jemaat didikannya, saya kagum luar biasa. Paulus meneteskan air mata untuk melihat perbuatan jemaat didikannya. Yang menarik adalah: Paulus menuliskan tidak dengan kalimat yang sama untuk mencurahkan kemarahannya. Ia menuliskan lebih kepada menunjukkan kasihnya dalam mendisiplin.

“For I wrote you out of great distress and anguish of heart and with many tears, not to grive you but to let you now the depth of my love for you” – NIV.

Bagi mereka yang pernah mengalami seperti yang Paulus alami, tentu arti tetesan air mata ini sangatlah manusiawi. Itu bukanlah bentuk kecengengan seorang rasul, namun lebih daripada sesuatu yang paling berharga dalam dirinya dicabut.

Paulus sudah dalam tahap fokus 100% untuk Kristus. Maka ketika yang berhubungan dengan injil Tuhan mulai terganggung, itu sangat menyedihkan hatinya. Apalagi berhubungan dengan jemaat yang menolak otoritasnya. Saya percaya, kalau Paulus kehilangan seluruh hartanya, Ia tidak akan menangis seperti Ia ditolak oleh jemaat yang diinjilinya. Karena sekarang hartanya adalah jiwa-jiwa sebagai mahkota Kristus.

Yang menarik perhatian saya adalah keinginan Paulus untuk menunda kedatangan. Ini poin yang penting sekali. Terkadang kita ingin sekali segala sesuatu dengan cepat teratasi. Namun seringkali Tuhan menginginkan hal itu lama baru terselesaikan. Ini dikarenakan perlu adanya waktu untuk merenung bagi jemaat Korintus.

Saya percaya, penundaan ini penting sekali, karena kadang-kala, waktu akan menjawab semuanya, mana yang benar dan mana yang tidak. Bukankah dalam hidup kita juga seringkali demikian? Pelajaran penting yang saya dapatkan dalam pelayanan adalah: menunggu. Bagi seorang yang militan seperti Paulus, maka proses ini adalah proses yang menyiksa. Ini bagaikan beban yang terus dipikul karena belum terselesaikan. Ini akan mengganggu pelayanan karena terus menggerogoti pikiran.

Tapi itu kadangkala perlu, menanti untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Menunggu untuk mendapatkan buah yang lebih bermutu. Kenapa perlu demikian?
Menurut saya ada beberapa kemungkinan:
1. Untuk membuat jemaat korintus lebih tenang berfikir dan menganalisa.
2. Biasanya dalam perjalanan waktu, mereka yang tidak suka dengan Paulus akan terlihat juga kualitas diri mereka yang sesungguhnya.
3. Bagi Paulus, mungkin supaya ada efektifitas waktu dan kesempatan untuk menginjili wilayah lainnya yang mungkin lebih membutuhkan.

Menunggu bagi saya adalah suatu sifat “bersabar yang aktif” dalam mempersilahkan Tuhan untuk berkarya. Ini tidaklah mudah. Kita perlu secara aktif berkarya, namun perlu juga secara aktif menunggu. Artinya secara aktif memaksa diri untuk tidak melakukan apa yang ingin kita lakukan dengan segera.

Kapan Tuhan berkarya dan menyelesaikannya? Terserah waktu Tuhan. Kadang 1-2 bulan, kadang-kala hingga belasan tahun bahkan mungkin baru puluhan tahun baru kita melihat buah dari karya Tuhan.

Saya jadi ingat orang-orang penting dan jenius didunia ini. Karl Marx contohnya. Ide dan pemikirannya tidak diterima pada masanya. Namun setelah Ia meninggal, setengah abad kemudian, ide dan pemikirannya menguasai sepertiga lebih dari dunia ini. Kadangkala jaman belum mengerti apa yang orang jenius lakukan. Abad kemudian baru mengerti.

Prinsip ini boleh kita terapkan dalam proses menunggu yang Tuhan ijinkan untuk kita mengerti.

Sayapun harus belajar sebagai murid Tuhan yang baik untuk menunggu dan menunggu. Terus bergumul secara aktif menantikan apa yang Tuhan ingin saya lakukan selanjutnya. Kadangkala dalam menunggu itu, kita bisa mempunyai keuntungan boleh melihat dengan jelas hal-hal yang dulu mungkin belum terpikirkan oleh kita.

Menunggu itu penting sekali. Tahukah saudara, kapankah pertumbuhan seorang anak secara maksimal terjadi? Saat dia tidur. Bukan saat dia aktif bergerak. Dalam proses tidur itu, sang anak sedang pasif dalam aktifitas, tetapi saat itu aktifitas pertumbuhan secara maksimal terjadi.

Itu juga terjadi dalam hidup kita. Seringkali kita lupa, saat menunggu itu bisa jadi saat yang tepat untuk bertumbuh dihadapan Tuhan.

Kalau begitu, apakah kita berdiam diri saja dalam hidup ini? Tentu tidak. Kita menunggu dan istirahat dalam satu pergumulan, namun dalam waktu yang bersamaan kita juga sedang menggarap pelayanan lain sebagai pergumulan yang lain lagi. Paulus istirahat dan menunggu untuk jemaat Korintus, namun ia sedang aktif untuk jemaat lainnya. Itulah menunggu yang kita pelajari. Menunggu artinya bagi saya adalah mengalihkan aktifitas.

Apakah saya sudah cukup sabar untuk menunggu? Kiranya Tuhan menguatkan saya. Berkaryalah Tuhan atas hidupku. Aku terus menunggu langkah demi langkah yang Engkau ajarkan dalam hidupku. Amen.

Rabu, 30 Mei 2007

Alasan untuk berdebat

Bacaan: 2 Korintus 1:15-24

Perikop ini sangat menarik, karena berbicara mengenai perselisihan atau perbedaan pendapat antara Paulus dan jemaat yang dilayaninya, yaitu Korintus.

Otoritas Paulus sebagai rasul dipertanyakan, salah satunya dalam janji dan perkataannya. Ada perubahan perencanaan akan kedatangan Paulus, jadi apakah ucapannya dapat dipercaya?

Rencana mau datang, ternyata tidak dan diundur. Paulus berkata dalam konteks “ya” dan “tidak”. Tidak konsisten! Ini berarti seluruh perkataannya serta penginjilannya juga perlu diragukan karena bersifat “ya” dan “tidak”.

Menarik sekali melihat bagaimana Paulus sebagai rasul yang menginjili Korintus, mencoba untuk menasihati dan membimbing jemaat didikannya ini. Bagaimana cara Paulus berargumentasi?

1. Perubahan rencana Paulus itu berarti ada dua kemungkinan: Pertama, itu berarti tindakan serampangan, yaitu begitu mudah berubah; kedua itu bisa berarti bahwa Paulus begitu hati-hati dan penuh perhitungan untuk melangkah. Paulus konfirmasi bahwa dia melakukan tindakan yang penuh dengan perencanaan, bukan sesuai dengan keinginan hatinya.

2. Paulus bukanlah “ya” dan “tidak”, tetapi hanya “ya” didalam Yesus Kristus yang diberitakannya. Ini bukan berarti perubahan rencananya itu juga berarti menunjukkan ketidak-konsistenannya atau ketidak-benarannya juga dalam memberitakan Yesus Kristus. Tidaklah demikian. Yesus Kristus yang diberitakannya adalah “ya” dan amin.

3. Roh Kudus adalah jaminan bagi semuanya itu, karena Allah mengurapi dan memateraikannya didalam hati setiap orang yang percaya. Sehingga sifat “ya” itu adalah sungguh-sungguh benar.

4. Paulus tidak ingin memerintah mereka, apa yang harus mereka lakukan.

5. Allah adalah saksi Paulus, bahwa sebabnya ia tidak datang ke Korintus adalah untuk menyayangkan mereka dan untuk sukacita mereka.

Menarik sekali melihat penutup dari pasal satu ini. Dimulai dengan Allah sumber segala penghiburan (comfort - NIV) pada ayat tiga dan ditutup dengan Paulus dan Timotius mau turut bekerja untuk sukacita (joy - NIV) Korintus pada ayat duapuluh empat.

Perdebatan terjadi, namun diawali dengan prinsip penghiburan dan ditutup dengan prinsip sukacita.

Ini adalah ajaran yang kita dapatkan pada perikop ini.

Apakah seseorang boleh berubah?
Tentu boleh.

Apa sebabnya?
Karena hidup kita adalah hidup dalam mengikut Kristus. Allah tidak langsung memberitahukan apa yang harus kita lakukan dari awal kita hidup hingga mati. Kalau Allah beritahu, itu mengerikan sekali. Kita bagaikan robot yang hanya menjalankan saja. Tidak ada pergumulan, tidak ada proses pendewasaan serta tidak ada juga saat-saat panjang yang kelam dalam menunggu dan menantikan jawaban. Allah memberitahukan langkah kita setapak demi setapak. Itu maksudnya agar kita boleh terus bergantung dalam tanganNya. Ini tidaklah mudah. Allah tidak pernah berubah, namun kitalah yang berubah dan berproses untuk semakin mengerti siapa Allah yang kita puji dan sembah. Didalam Tuhan hanya ada “ya”. Kitalah yang berubah untuk menjadi sama dengan “ya”-nya Allah. Kita juga adalah “ya” didalam Tuhan. Kita berproses didalam menjadi “ya”-nya Allah.

Kalau kita berubah dan berproses itu adalah dalam mengikut pimpinan Tuhan. Lalu bagaimanakah akibatnya pada orang lain?
Itu haruslah berakibat satu hal: Sukacita. Ketika kita berproses dalam suka dan duka, maka itu haruslah menjadi suatu efek dan pengaruh yang bersifat “positif” atau “sukacita” bagi orang lain disekitar kita.
Pasal pertama ini, dalam rangka argumentasi Paulus untuk mendidik jemaat Korintus, dibuka dan ditutup dengan kalimat penghiburan dan sukacita. Hanya itulah yang menjadi akibat dari segala yang kita lakukan.

Merenungkan prinsip ini, saya seringkali melihat proses perjalanan diri sendiri. Dalam pelayanan seringkali terjadi pertengkaran, perbedaan pendapat bahkan hingga permusuhan. Apakah seharusnya demikian? Sukacita, itulah yang seharusnya menjadi akhir dari perselisihan.

Melihat teladan Paulus dan Barnabas dalam pertengkaran mereka pada kitab kisah para rasul, itu membawa efek positif. Injil Tuhan semakin tersebar lebih hebat lagi. Seharusnya satu kelompok, kini menjadi dua kelompok. Berarti jadi berlipat ganda hasil yang didapatkan.

Seringkali pertengkaran itu ternyata membawa hasil positif yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Itu membuat injil semakin tersebar. Inilah sukacita yang benar, yaitu membawa semua orang kearah Kristus.

Namun kalau dalam pertengkaran ini menyebabkan hingga satu pihak undur diri dalam pelayanan, itu bukanlah hal yang baik. Membuka ladang pelayanan baru akibat perselisihan, itu baik, karena itu berarti kita anggota tubuh yang berbeda dari satu tubuh Kristus. Namun membuat hingga rekan pelayanan kita undur diri dalam melayani, itu bukanlah akibat pertengkaran yang benar.

Seringkali ketika bertengkar, kita hanya mau menang sendiri. Semakin lawan bicara kita tersudut dan terpojok, kita semakin menang dan merasa hebat. Apakah itu betul?
Tidaklah demikian, sebenarnya kita sedang membuat kekalahan bagi diri sendiri. Karena orang yang kalah itu akan membuat dirinya semakin jauh dari Kristus karena kita.
Berdebat dan pada akhirnya membuat orang mengerti apa yang kita pikirkan serta membuat mereka setuju dan melakukan apa yang kita anggap benar, dimana dalam semua proses itu terjadi sukacita penuh karena Kristus semakin ditinggikan; itu adalah perdebatan yang baik dan benar.
Apakah itu mudah? Jelas tidak.

Kalau begitu, apakah kita boleh marah dalam diskusi kita? Menurut saya boleh.

Bagaimana syaratnya? Kita harus berdiam dalam Allah, merasakan emosiNya. Roh Kudus sebagai jaminan kita, akan mengajari kita dalam berdebat bagaimana marah yang suci dan benar. Sekali lagi ini tidaklah mudah.

Tapi bagaimana cara kita mengukurnya?
Ketika kita marah, siapakah yang jadi motivasi kita untuk marah? Kalau seluruh hidup dan motivasi kita digerakkan hanya dan untuk kemuliaan Tuhan. Marahlah!
Ketika fokus kita sungguh-sungguh hanya untuk Tuhan, itu artinya emosi kita sedang dikendalikan oleh Allah.
Ini artinya juga kita sedang menyatukan diri dalam emosi Tuhan Allah.

Saya percaya, ini akan mengakibatkan efek akhir yaitu sukacita. Kenapa? Karena Kristus diberitakan secara benar. Ketika seorang rekan pelayanan kita berjinah, maka marah kita yang suci akan membawa dia kembali pada Tuhan. Saat itu mungkin akan pahit rasanya, namun akan manis dikemudian hari.

Perenungan akhir:
Apakah dalam seluruh perdebatan dan perselisihan saya selama ini, sukacita Tuhan semakin terasa bagi saya dan orang-orang disekitar saya?
Kiranya Tuhan menolong dan memampukan saya, Amen.

Selasa, 29 Mei 2007

Kami, Allah dan kamu

Bacaan: 2 Korintus 1:8-14

Merenungkan perikop ini, ada tiga unsur tokoh utama:
1. Kami: Paulus dan Timotius mewakili orang yang menginjili atau melayani.
2. Saksi-saksi: Allah, hati nurani, Tuhan Yesus.
3. Kamu: Jemaat di Korintus sebagai orang yang diinjili dan dilayani.

Tenyata dalam pelayan juga sering terjadi konflik, ini dikarenakan dari mereka yang dilayani ada yang merasa kurang puas. Orang-orang ini bisa berupaya sekuat tenaga hingga mulai menggerakkan orang lain untuk mengabaikan orang-orang yang pernah melayani mereka.

Ada beberapa kemungkinan antara hubungan kami dan kamu:
1. Kami yang kurang benar dan kamu yang benar.
2. Kami yang benar dan kamu yang kurang benar.
3. Kami dan kamu sama-sama kurang benar.
4. Kami dan kamu sama-sama benar.

Pertanyaannya: Bagaimana mengukur yang benar?
Perikop ini mulai menyatakan bagaimana pembuktian yang sejati itu dilakukan.

Paulus dan Timotius mulai menyatakan pembenaran atas otoritas mereka sebagai berikut:
1. Kami mau kamu tahu penderitaan kami di Asia Kecil.
2. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat.
3. Kami telah putus asa juga dalam hidup kami karena penderitaan itu.
4. Kami tidak dikuasai hikmat duniawi.
5. Kami menuliskan kepada kamu apa yang dapat kamu baca dan pahamkan. Artinya kami tidak memberikan kalimat bersayap yang susah dimengerti.

Apakah ini cukup?

Ternyata tidak. Perlu diutarakan lebih lanjut, darimana sumber otoritas Paulus dan Timotius mampu melakukan itu semua. Paulus mulai menunjukkan sumber dari otoritasnya, sebagai berikut:
1. Tetapi hal itu terjadi supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.
2. Dari kematian yang begitu ngeri, Ia telah dan akan menyelamatkan kami.
3. KepadaNya kami menaruh pengharapan kami.
4. Hati nurani kami bersaksi bahwa hubungan kami dengan kamu dikuasai oleh kekuatan kasih karunia Allah.
5. Kamu dan kami sama-sama akan bermegah pada hari Tuhan Yesus.

Ternyata pengukuran yang benar tidaklah terletak dari pikiran manusia. Tidak dari kami maupun kamu. Perlu pihak ketiga untuk menyelesaikannya.

Dalam perdebatan, kita melihat satu hal penting yang perlu dipelajari: Tidak boleh hanya melihat dari diri sendiri, tidak juga melihat dari orang lain secara langsung.

Jadi bagaimana melihatnya?
Kita harus melihat dari kacamata Kristus melihat. Ini bagaikan melihat pada sebuah prisma. Ketika sinar masuk dari kiri ke kanan, ia melewati sebuah prisma. Dari prisma kaca itu, masing-masing bisa melihat diri sendiri dan juga orang lain. Prisma itu akan memperlihatkan gambar kita yang lain dari pada yang pernah kita pikirkan selama ini. Prisma itu juga akan menggambarkan orang lain dalam bentuk yang tidak pernah kita pikirkan selama ini.

Kita perlu pihak ketiga yang netral dan dapat berfungsi dengan adil serta menggambarkan siapa sesungguhnya setiap orang itu.

Allah adalah prisma itu. Ia adil adanya. Makanya ketika Paulus dan Timotius berapologetika, mereka melihat dari Kristus.

Mereka menilai diri sendiri dari kacamata Kristus, lalu memberikan penilaian itu kepada jemaat di Korintus untuk dinilai. Paulus dan Timotius juga mengajak jemaat Korintus untuk menilai diri sendiri dan memeriksa penilaian Paulus dan Timotius diatas dasar penilaian Allah. Juga berdasarkan suara hati nurani yang menjadi wakil Allah di dunia ini.

Seringkali ketika kita berbeda pendapat dengan orang lain, kita melihat hanya dari sisi diri sendiri.

Ternyata itu kuranglah tepat. Kita tidak bisa dan tidak boleh langsung melihat kepada setiap orang. Karena baik kita maupun mereka sama-sama sudah jatuh dalam dosa. Ukuran kita dan mereka sudah tidak cocok lagi. Sudah tidak netral dan apakah pernah dikalibrasi? Tubuh dosa kita ini juga, apakah sudah terkalibrasi ulang? Dunia yang sudah dikutuk ini, apakah juga sudah dikalibrasi kembali? Kalau begitu apa ukurannya?

Gunakan ukuran dari Allah. Ini yang terpenting.

Sekarang pertanyaan lebih lanjut: Bagaimana saya tahu orang lain itu benar atau tidak, apalagi kalau dia pintar mengemasnya dalam kemasan rohani? Seringkali pemimpin-pemimpin agama melakukan hal itu.

Saya teringat ketika masih aktif melayani di gereja saya yang pertama. Disana pernah gereja terbagi dua kepemimpinannya dari pusat. Mana yang mau saya pilih? Apalagi satu kepemimpinan didukung oleh pemerintah, sedangkan yang satu lagi tidak.

Juga di dalam gereja lokal saya saat itu, ada saatnya pimpinan puncak terbagi dua kelompok dalam melayani. Ada dua pimpinan yang saling bemusuhan, sehingga menyebabkan kami yang melayani disana begitu bingung, bagaimana harus melayani dan memilih yang benar.

Di atas mimbar, kedua kubu ini dengan indahnya mengemas seluruh argumentasi mereka dengan bungkusan kalimat rohani. Ini semakin membuat jemaat terutama kaum awam menjadi bingung.

Kalau begini, bagaimana untuk menilai yang benar? Masing-masing menggunakan firman Tuhan.
Saya jadi teringat ular yang menggoda Adam di taman Eden. Saya juga teringat iblis menggoda adam kedua yaitu Kristus di padang belantara. Dalam kedua kejadian itu, iblis menggunakan dan mengutip firman Allah.

Kalau begitu bagaimana kelanjutannya?
Saya percaya, firman yang "dikemas" itu tentu tidak akan stabil berdiri pada dirinya sendiri. Pasti terjadi penyimpangan maksud dan motivasi didalamnya. Setiap motivasi yang kurang tepat, ketika mengutip firman Tuhan, tentu akan berbalik untuk menjatuhnya dirinya sendiri.

Bukankah kita seringkali kecewa dengan figur rohani kita, ternyata dia tidak lagi konsisten atas firman Tuhan yang diucapkannya? Bukankah kita akan melihat kontradiksi dari firman Tuhan yang satu dengan firman Tuhan yang lain yang dipakainya? Itulah sarana yang Tuhan pakai untuk kita boleh menilai segala sesuatu termasuk diri kita sendiri. Firman Tuhan akan stabil pada dirinya sendiri.

Kembalikan penilaian kepada Allah melalui firmanNya. Itu sangat dan dapat dipercaya.

Senin, 28 Mei 2007

Penderitaan di domain penghiburan

Bacaan: 2 Korintus 1:1-7

Merenungkan perikop ini, membawa kita kepada suatu pemikiran yang sempurna akan arti penderitaan itu sendiri. Apakah sesungguhnya penderitaan itu sendiri? Apakah sesungguhnya sengsara itu sendiri?

Paulus membahas arti kesengsaraan itu dengan dimulai suatu pernyataan: "Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan (... God of all comfort - NIV)."

Allah adalah Allah sumber segala penghiburan. Ini adalah titik tolak untuk memahami arti kesengsaraan itu yang sesungguhnya!

Ada tiga langkah pengertian akan kesengsaraan ini:
1. Kristus mengalami kesengsaraan (Christ of the cross). Kesengsaraan Kristus membawa keselamatan bagi saya.
2. Saya mengalami kesengsaraan demi Kristus untuk membawa keselamatan yang dari Kristus bagi orang lain.
3. Orang lain juga mengalami kesengsaraan sama seperti yang saya alami dalam mengikut Kristus.

Namun perlu diketahui, sebelum pembahasan kesengsaraan ini dimulai, proses sukacita yang berdampingan dengan kesengsaraan ini juga mempunyai tiga langkah:
1. Allah (Bapa Tuhan kita Yesus Kristus) adalah sumber penghiburan.
2. Saya mengalami penghiburan dari Kristus.
3. Melalui saya, orang lain juga mengalami penghiburan dari Kristus sama seperti yang saya alami.

Gabungan proses kesengsaraan dan sukacita diatas akan kita lihat dari beberapa ayat:
1. yang menghibur kami dalam penderitaan kami
2. sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan melimpah-limpah
3. jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu

Kita dapat mengerti bahwa ketika kita menderita, maka penghiburan itu akan diberikan kepada kita. Penghiburan akan kita dapatkan kalau penderitaan kita alami karena Kristus.
Maka wajar saja kalau kita katakan kita mengalami penghiburan dalam penderitaan.

Ini berarti, setelah kita menjadi Kristen, maka memikul salib Tuhan adalah hal yang harus kita terima. Ketika memikul salib itu, Allah yang adalah sumber penghiburan akan menguatkan kita dan menghibur kita. Semakin melimpah kesengsaraan kita maka semakin melimpah juga penghiburan kita.

Apakah ini tepat?
Sepertinya betul. Namun saya melihat ada satu hal yang kurang.

Mana lebih dulu:
1. Penderitaan (suffering) dulu baru penghiburan (comfort)? Atau
2. Penghiburan (comfort) dulu baru kesengsaraan (suffering)?

Dengan kalimat lain, mana yang lebih tepat:
1. Penghiburan dalam kesengsaraan? Atau
2. Kesengsaraan dalam penghiburan?

Sekali lagi, pada bagian awal saya telah tekankan. Paulus ketika mulai mendefenisikan akan penderitaan dan penghiburan, dimulai dengan kalimat: Allah adalah sumber penghiburan. Paulus tidak menuliskan: Allah adalah sumber penderitaan.

Ini berarti penghiburan ada lebih dahulu daripada penderitaan. Dalam kekekalan, penghiburan dan sukacita itu ada lebih dahulu. Kemudian dalam kesementaraan waktu, timbul dosa yang menyebabkan penderitaan. Kristus masuk dalam sejarah untuk menyelesaikan penderitaan dengan mati di atas kayu salib.

Ketika kita menerima Kristus, maka kita dimutasikan (dipindahkan) dari domain (wilayah) berdosa ke domain sukacita. Namun karena tubuh kita adalah tubuh dosa dan dunia yang kita tinggali ini adalah bumi yang sudah terkutuk, maka penderitaan itu ada untuk merintangi sukacita yang ada didalam kita.

Sama seperti seseorang ujian untuk naik kelas, maka seluruh proses pendidikan itu adalah proses yang baik. Dari SD ke SMP ke SMU dan seterusnya. Kita semakin baik. Namun ditengah-tengah itu ada proses ujian untuk melihat progres perkembangan kita.

Kita sekarang sudah ada didalam proses pengudusan dan proses pemuliaan. Kita bergerak dari satu kemuliaan ke kemuliaan lainnya. Kita bergerak dari satu sukacita kepada sukacita lainnya. Ditengah-tengahnya adalah ujian berupa penderitaan yang kita alami. Materi ujian naik kelas SD tentu berbeda dengan SMP, tentu juga berbeda dengan SMU. Seberapa besar ujian kita alami adalah menandakan seberapa besar kemuliaan dan sukacita yang kita alami.

Saya melihat, hidup kita berdiri diatas pondasi penghiburan dari Allah dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Diatas pondasi inilah penderitaan itu sebagai semen yang mengikat batu-bata sukacita yang satu dengan batu-bata sukacita lainnya untuk membangun suatu bangunan atau gedung sukacita bagi Allah.

Maksudnya, sekarang kita berada dalam domain penghiburan (comfort) yang masih merasakan penderitaan (suferings) hingga akhirnya secara total merasakan penghiburan sempurna (total comfort, no sufferings) bersama Allah di sorga.
Inilah arti penderitaan dalam perikop ini yang saya mengerti. Penderitaan didalam kesementaraan waktu yang beralaskan penghiburan didalam kekekalan.

Apa refleksi yang bisa saya dapatkan?

Kadang kala saya melihat penderitaan sebagai suatu momok yang menakutkan. Seringkali tidak sadar, berada di domain penghiburan namun masih hidup seperti berada di domain penderitaan.

Sangkin takutnya, seringkali lupa bahwa saya sesungguhnya sudah pindah domain. Seharusnya penderitaan tidak lagi menjadi jerat bagi leher.

Penderitaan menjadi ujian untuk semakin merasakan nikmatnya sukacita. Penderitaan jadi semacam anak tangga untuk masuk keruangan sukacita yang lebih tinggi lagi.

Ketika saya menderita dan melewatinya dengan penuh kemenangan yang terpancar dalam hidup penuh sukacita, itu akan menjadi kekuatan bagi orang lain juga untuk melangkah seperti saya.

Saya ingat sekali, momen-momen kesulitan yang saya alami baik dalam pelayanan maupun dalam hidup, itu menjadi tontonan dari orang-orang yang memperhatikan hidup saya. Apalagi teman-teman yang pernah bersama melayani atau bertumbuh akibat pelayanan saya. Mereka melihat dan mengamati, apa dan bagaimana saya melewatinya. Ketika saya berhasil mengatasinya, itu bagaikan kekuatan bagi mereka.

Termasuk juga bagi mereka yang mau menjatuhkan. Mereka juga mengamati. Kalau saya jatuh, mereka akan mencemooh. Namun kalau berhasil…., saya percaya…, jauh di relung hati mereka yang terdalam ada pengakuan atas hidup saya dalam mengikut Kristus. Ini bisa menjadi momen penting bagi masuknya anugrah Kristus bagi mereka.

Seringkali saya lupa, di domain mana sekarang berada. Saya takut juga, kalau lupa akan Dia yang telah memutasikan saya dari domain lama masuk ke domain baru.

Oh.., Tuhan Yesus. Ingatkan saya selalu bahwa Engkau telah memutasikan saya. Engkau telah memahkotai saya dengan kuasa sukacita. Biarlah itu terpancar dalam hidup untuk menapaki hari-hari depan. Saya rindu terus berjalan bergandengan tangan dengan Engkau, menikmati penderitaan dalam domain penuh kuasa sukacita dari Allah. Tolonglah Tuhan, Amen.

Minggu, 27 Mei 2007

Empat syarat memuji Tuhan

Bacaan: Mazmur 150

Ini merupakan akhir dari mazmur Haleluyah. Juga merupakan penutup dari kitab pemazmur. Ini adalah akhir dari panggilan untuk memuji Allah. Baik tempat maupun isi dari mazmur dibingkai dengan kata: Haleluyah.

Ada empat langkah penutup kitab mazmur ini, sebagai panggilan final untuk memuji Allah. Ini semacam kesimpulan dari seluruh kitab mazmur.

Pertama: Dimana Allah harus dipuji (Where God should be praise)?
Pujilah Allah ditempat kudusNya (Yerusalem) dan di cakrawalaNya (bait suci kosmik).

Kedua: Mengapa Allah harus dipuji (Why God should be praised)?
Karena segala keperkasaanNya dan kebesaranNya yaitu mencipta dan menebus.

Ketiga: Bagaimana Allah harus dipuji (How God should be praised)?
Dengan seluruh alat musik (orkestra) yang ada: tiupan sangkakala, gambus dan kecapi, rebana dan tarian, kecapi dan seruling, ceracap yang berdenting dan berdentang.

Keempat: Siapa yang harus memuji Allah (Who should praise God)?
Paduan suara dari segala yang bernafas.

Keempat hal ini membuat kita mengerti akan tahap-tahap yang harus kita perhatikan dalam memuji Allah.

Where, why, how and who haruslah kita perhatikan dalam memuji Allah.

Bagaimana dengan aplikasi saat ini? Bukankah bait suci Yerusalem sudah runtuh?

Mengambil aplikasi dari perikop diatas dalam hidup saat ini, maka kita akan meneropong dari konsep yang telah Kristus lakukan bagi kita (perjanjian baru).

Pertama: Kita memuji Tuhan di tempatNya yang kudus, yaitu hati kita. Karena kita sekarang sudah ditebus adalah bait suci Allah. Jadi melalui hidup kita dan tubuh kita, Allah boleh kita puji dan permuliakan.

Kedua: Kita memuji Allah karena Ia telah menebus dan melahirbarukan kita sebagai ciptaan baru didalam Kristus.

Ketiga: Kita memuji Allah dengan seluruh talenta yang telah Allah taruh dalam hidup kita. Seberapa besar ataupun kecilnya talenta yang Tuhan tanam dalam diri kita, talenta itu harus kita mainkan sebagai pujian kepadaNya. Roh Kudus akan menolong kita untuk memaksimalkan talenta ini.

Keempat: Kita memuji Allah selama nafas masih ada dalam hidup kita. Di bumi ini, apakah kita masih bernafas? Kalau ya…, mari pujilah Dia. Ini juga merupakan tanggungjawab kita untuk mengajak orang lain bersama-sama untuk memuji Dia. Segala yang bernafas, pujilah Dia.

Oh Tuhan ALLAH. Terimakasih atas pembelajaranMu pada kitab mazmur ini, biarlah hambaMu menjalankan keempat syarat dalam memuji Engkau.

Hanya Allah, Allah dan Allah saja yang patut kami sembah. Penuhilah hati kami dengan pengertian yang benar untuk memuji Engkau. Terimakasih oh Tuhan, Amen.

Sabtu, 26 Mei 2007

Aktif dalam pasif

Bacaan: Mazmur 149

Mazmur ini berbicara mengenai pujian kepada Allah karena kehormatan besar yang Allah berikan kepada umatNya yaitu Israel.

Ada dua kehormatan besar yang diberikan Allah pada Israel, yaitu:
1. Kehormatan karena Israel telah diberikan keselamatan (baik itu didalam kenyataan hidup maupun dalam janji-janji Allah).
2. Kehormatan karena Israel telah menjadi wakil Allah untuk mewujudkan setiap kalimat penghukuman dari Allah atas kekuatan dunia yang melawan kerajaan Allah.

Karena itulah, mazmur ini dibagi atas dua bagian utama tersebut. Kalau boleh diuraikan secara lengkap, mazmur ini terdiri dari pembukaan dan dua buah bait yang masing-masing berisi 4 ayat.

Pembukaan: Nyanyikanlah nyanyian baru dalam jemaat orang saleh.

Bait pertama: Biarlah Israel memuji Allah karena telah memahkotai mereka dengan kehormatan atas keselamatan.

Bait kedua: Biarlah Israel memuji Allah karena telah memberikan mereka kemenangan dan kemuliaan sebagai pembawa pedang dari Allah.

Dalam kedua hal inilah kita diberikan kehormatan khusus: Anugrah keselamatan dan tugas mewakili Allah dibumi ini.

Ini adalah hak terbesar yang Allah pernah berikan: Mewakili Allah atas dunia ini.

Bagaimana caranya?
Setelah kita terlebih dahulu menikmati anugrah keselamatan dari Allah.

Inilah kehormatan terbesar kita berbentuk: Aktif dalam pasif.

Aktif didalam pasif artinya, kita aktif atas dasar kepasifan kita.
Apa maksudnya?

Kita pasif karena kita menerima kehormatan pasif yaitu keselamatan dari Allah. Keselamatan itu bukanlah inisiatif kita atau atas kerja keras kita. Itu pasif semata. Hanya anugrah Allah semata yang menyelamatkan kita. Bukan karena perbuatan atau tindakan baik kita.

Kita aktif karena kita menerima kehormatan aktif yaitu menjadi pedang Allah bagi dunia ini. Kita harus bekerja sekeras mungkin untuk menyatakan kehadiran Allah atas dunia. Kita sudah diberikan pedang bermata dua oleh Allah untuk mengalahkan dunia ini.

Kita aktif yang berada didalam pasif yang telah lebih dahulu kita terima. Itu berarti dua hal:
1. Keselamatan yang kita terima menuntut tanggung-jawab untuk dinyatakan secara aktif dalam hidup sehari-hari.
2. Aktifitas kita secara maksimal didunia ini menyatakan kehormatan yang diberikan Allah bagi kita.

Hai jiwaku…, pujilah Tuhan atas kehormatan yang diberikanNya.
Hai jiwaku…, berkaryalah semaksimal mungkin untuk menunjukkan cinta kasih Tuhan yaitu keselamatan yang telah diberikanNya.

Oh Tuhan…., jadikan aku aktif dalam pasif!

Jumat, 25 Mei 2007

Pernyataan umum dan khusus

Bacaan: Mazmur 148

Mazmur ini merupakan sebuah panggilan pada semua ciptaan untuk memuji Tuhan.

Mazmur ini terdiri dari dua bait dimana tiap bait terdiri dari enam ayat. Terakhir ditutup dengan kesimpulan.

Bait pertama: Biarlah kiranya semua ciptaan di langit dan di sorga memuji Allah.
- Malaikat dan tentara Allah, pujilah Dia.
- Matahari, bulan dan bintang terang, pujilah Dia.
- Semua yang dicipta adalah hasil dari perintahNya, karena itu pujilah Dia.

Bait kedua: Biarlah kiranya semua ciptaan di bumi memuji Allah.
- Samudera raya dan sungai-sungai, pujilah Dia.
- Segala cuaca, gunung-gunung, tumbuhan, binatang, pujilah Dia.
- Para Raja dan pembesar, teruna dan anak dara, tua dan muda, pujilah Dia.
- Biarlah semua yang dicipta memuji-muji Dia.

Kesimpulan: Motivasi dalam pujian.
- Kemuliaan Pencipta jauh melebihi kemuliaan ciptaan.
- Pujian karena Allah adalah Allah yang mencipta dan menebus. (Ini ditandai dengan kata “tanduk” yang mereferensikan “yang diurapi dari Allah”. Dalam sejarah bangsa Israel, itu juga bisa menunjukkan tindakan penyelamatan Allah atas Israel, secara khusus untuk penciptaan dan penebusan/penyelamatan).

Apa pesan yang bisa kita dapatkan dari mazmur ini?

Suatu pengertian yang dalam agar seluruh mahluk memuji Allah. Baik yang di sorga, di langit maupun di bumi serta di dasar bumi. Tidak ada satu apapun yang pernah ada tidak menyembah Allah. Semuanya kecuali Allah, haruslah menyembah dan memuliakan Allah.

Apa motivasi penyembahan ini?

Karena kemuliaan Allah jauh melebihi kemuliaan ciptaanNya.

Karena Allah-lah yang mencipta segala sesuatu dan Allah juga yang menebus umat pilihanNya.

Itu berarti, kita memuji Allah karena kemuliaanNya yang dinyatakan melalui dua hal:

1. Pernyataan umum Allah, yaitu Allah pencipta.
2. Pernyataan khusus Allah, yaitu Allah menebus.

Kedua hal ini begitu jelas Allah berikan pada alam semesta. Dosalah yang menyebabkan kita sulit untuk melihat kemuliaan Allah melalui kedua pernyataan ini dengan jernih.

Pengertian melalui kedua pernyataan ini, baik anugrah umum maupun anugrah khusus akan memberikan kita pengenal yang sejati akan siapakah sesungguhnya Allah yang kita sembah itu.

Diatas dasar inilah, pujian kita kepada Allah disenandungkan.

Sekarang…, bermazmurlah dan pujilah Tuhan!

Kamis, 24 Mei 2007

Firman Tuhan dan pemeliharaanNya

Bacaan: Mazmur 147

Bagian ini berbicara mengenai pujian kepada Allah, pencipta yang secara khusus berbelas-kasihan kepada Israel. Kemungkinan besar mazmur ini ditulis untuk merayakan pembangunan kembali dinding-dinding Yerusalem.

Septuaginta membagi dalam 2 bagian pujian, tetapi sepertinya terdiri dari 3 bagian pujian.
Kalau kita uraikan lebih lanjut lagi, bolehlah kita membagi dalam pembuka, tiga isi dan penutup.

Bagian pembuka:
1. Haleluya. Pembukaan, bahwasanya bermazmur itu sungguhlah baik.
2. Pertolongan Tuhan atas Israel, baik saat pemulihan Yerusalem maupun menghalau orang-orang yang ingin menghalangi pendirian dinding-dinding Yerusalem.

Bagian isi pertama:
Allah yang dapat menentukan jumlah bintang tentu berlimpah kekuatan yang dapat menegakkan orang tertindas dan merendahkan orang fasik di bumi ini.

Bagian isi kedua.
Allah yang mengatur hujan dan menyediakan makanan untuk binatang buas dan burung-burung, tidak senang akan kesombongan dan kegagahan manusia. Allah menyukai orang-orang yang rendah hati dan yang takut akan Dia serta yang berharap pada kasih setiaNya.

Bagian isi ketiga.
Allah dari semua ciptaan, Allah dari Sion, menjaga orang-orang yang dikasihiNya dengan perlindungan dan kemakmuran. Dalam segala cuaca apapun juga, Allah sanggup memelihara umatNya.

Bagian Penutup
1. Berkat yang paling unik yang Allah berikan kepada Israel: memberikan firmanNya kepada Israel, ketetapan-ketetapanNya yang tidak diutarakan kepada bangsa-bangsa lain.
2. Haleluya.

Ketiga bagian isi diatas dikurung oleh dua konsep utama pada pembuka dan penutup:
1. Allah adalah Allah yang menolong Israel dengan memulihkan dan menghalau musuhNya.
2. Allah adalah Allah yang secara khusus memberikan firmanNya dan ketetapanNya yang tidak diberikanNya kepada bangsa-bangsa lain.

Ini berarti penopangan kepada Israel itu sejalan dengan firman yang diberikanNya. Israel menjadi khusus, kenapa? Karena hanya kepada mereka sajalah isi hati Allah diungkapkan. Ini menyebabkan pemeliharaan Allah akan terus berlangsung karena Allah telah memberikan firmanNya.

Setiap firman Allah yang keluar, tentu tidak akan sia-sia. Setiap firman Allah yang keluar, tentu saja harus terlaksana dan Allah sanggup memelihara firmanNya yang ditulis dalam bentuk tulisan di kitab suci.

Kenapa bisa demikian?
Saya memandang sebagai berikut: Pemeliharaan firmanNya dilakukan sekaligus juga dalam memelihara umatNya. Firman yang diutarakan, akan menjadi senjata utama bagi Israel untuk tahu dan mengerti bagaimana harus bertindak dan melangkah. Ini menyebabkan mereka tidak lagi terjatuh dan tersandung. Firman yang diberikan kepada Israel itulah yang menjadi kekuatan bagi Israel itu sendiri. Firman Tuhan menjadi penerang bagi langkah kaki Israel. Firman itu juga pasti terlaksana dan Allah sanggup memelihara agar firmanNya terus dipelihara oleh umatNya dari abad ke abad.

Puji TUHAN.

Pengertian ini seharusnya membawa kita untuk memuliakan Dia, dalam seluruh hidup kita. Terpujilah Engkau ya TUHAN. Karena engkau mempercayakan firmanMu kepada kami, orang yang bodoh ini. Peliharalah kami sesuai dengan janjiMu. Amen.

Rabu, 23 Mei 2007

Kontinuitas pujian

Bacaan: Mazmur 146

Mazmur ini merupakan mazmur pertama dari lima rangkaian mazmur yang paling terakhir. Kelima mazmur terakhir dari kitab mazmur ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu: disusun oleh rangkaian kata Haleluyah pada setiap bagian pembuka dan penutup.

Pada mazmur 146 ini kita belajar beberapa hal penting, yaitu:

1. Janji dan sumpah untuk selalu memuji Allah sepanjang hidup.
- Pujilah Tuhan hai jiwaku
- Memuliakan dan bermazmur bagi Allah selagi masih hidup

2. Panggilan untuk percaya kepada Allah jauh melebihi yang lainnya.
- Percaya melebihi para bangsawan
- Bangsawan itu hanyalah manusia biasa yang nanti juga mati

3. Desakan dan peringatan untuk percaya didalam perjanjian Allah-nya Yakub, sebagai pencipta dan Raja segala raja.
- Berharap saja kepada Allah yang menjadikan langit dan bumi
- Allah menegakkan keadilan kepada orang yang diperas
- Allah memberi roti kepada orang lapar
- Membebaskan yang terkurung
- Membuka mata orang buta
- Menegakkan orang yang tertunduk
- Menjaga orang-orang asing dan memelihara anak yatim dan janda

4. Penutup berupa testimoni yang menunjukkan kegembiraan penduduk Sion. Sion adalah lambang dari kerajaan Allah di Sorga yang diwakili oleh Bait Allah di Yerusalem.

Apa yang dapat kita pelajari?
Kontinuitas memuji Tuhan.

Apa dasarnya kita harus terus memuji Tuhan sepanjang hidup kita?
Karena Ia bisa dipercaya dan bukti-bukti nyata sepanjang abad telah diberikanNya.

Itu akhirnya akan menempatkan kita sebagai penduduk Sion di sepanjang abad, dimana Allah sebagai Raja yang memerintah.

Pujian kepada Allah ini penting sekali, karena dalam pujian itulah, harapan dan semangat kita bisa terus tumbuh. Itu juga pada akhirnya memberikan kembali kekuatan pada kita untuk memuji Dia.

Kontinuitas pujian kepada Allah itu juga berarti terus bergantung pada pemeliharaan Allah dimana kita sebagai penduduk Sion di kerajaan Allah sepanjang abad.

Terus memuji Allah adalah rahasia pemazmur. Rahasia ini sering diabaikan dan sudah mulai dilupakan.

Apakah tujuan hidup manusia?
Tujuan utama hidup manusia adalah untuk mempermuliakan Allah serta memperkenan Dia selamanya.

Mulailah dengan pujian padaNya!

Selasa, 22 Mei 2007

Memuji Allah

Bacaan: Mazmur 145:8-21

Perikop ini menceritakan tiga hal penting yang harus kita mengerti dalam memuji Allah:

1. Memuji atas segala tindakan Allah yang penuh dengan kebaikan, yang seharusnya menggerakkan seluruh ciptaan untuk merayakan kemuliaan kerajaanNya.
- Semesta ciptaan, akan memuji Allah
- Orang-orang yang dikasihiNya akan memuliakanNya
- Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan Allah
- Mereka akan membicarakan keperkasaanNya
- Membicarakannya kepada keturunan mereka sepanjang abad

2. Memuji atas kesetiaan Allah.
- Penopang bagi semua yang jatuh
- Penegak bagi semua orang yang tertunduk
- Allah mengenyangkan mereka pada waktuNya

3. Memuji atas kebenaran dan keadilan Allah.
- Mereka yang setia padaNya: Allah akan dekat
- Mereka yang takut akan Dia: Allah akan mendengar teriakan minta tolong dan melakukan kehendak mereka untuk menolong mereka
- Mereka yang mengasihi-Nya: Allah akan menjaga mereka

Pujian adalah suatu hal yang sering kita lupakan.

Kita sering hanya mengeluh dan mengeluh kepada Allah. Kita bahkan juga hanya sering berdoa untuk kebaikan, keselamatan dan kesejahteraan kita saja. Tanpa kita sadari, seringkali Allah hanya menjadi pembantu yang melakukan apa yang kita inginkan.

Allah, tolong saya untuk hal ini....,
Allah tolong saya untuk masalah yang itu…,
Lalukan ini ya Allah, untuk urusan yang ini….,
Tolong ya Allah, buat hati dia berbalik pada saya….,
Tolong agar bos saya bisa baik pada saya….,
Tolong kiranya keluarga besar saya bisa sejahtera selalu…,
Tolong sembuhkan di anu…,
Tolong keuangan keluarga si Polan…,
Tolong ini, tolong itu, tolong sana, tolong sini dan sebagainya.

Kita sering lupa, Allah bukanlah pembantu kita. Allah adalah Allah. Kita sebagai ciptaan, seharusnya memuji Dia atas segala karyaNya bagi hidup kita.

Tuhan…, Engkaulah Allahku, penyelamatku. Engkaulah segalanya bagiku. Ajar aku agar selalu mengerti akan Engkau sebagai Allahku. Dan ajar aku juga supaya bisa terus memuji segala kebesaranMu. Ajar agar pujian bagiMu selalu ada dibibir dan hatiku. Engkaulah penguasa alam semesta, Engkaulah yang menentukan segala sesuatu, tidak ada sesuatu apapun baik di bumi maupun di sorga yang bisa mengalahkanMu, mereka bagaikan debu dihadapanMu. Hanya padaMu-lah aku memuji. Terpujilah Engkau ya Tuhan, Amen.

Senin, 21 Mei 2007

Mengenal Allah

Bacaan: Mazmur 145:1-7

Mazmur ini bercerita mengenai TUHAN Allah. Raja atas segala raja, untuk segala perkara ajaib yang telah dilakukanNya.

Dari seluruh mazmur yang ada, baru disinilah dituliskan judul yang khusus: bentuk singular dari pujian (Ibrani: tehillah).

Mazmur pada perikop ini terbagi atas dua bagian yaitu:
1. Permulaan mazmur yang menunjukkan pujian kepada Allah serta segenap malaikat dan tentaraNya si sorga.

2. Pujian kepada TUHAN atas segala tindakanNya yang menyatakan kebesaranNya serta kebaikanNya yang terus dinyatakan dari generasi ke generasi.

Dalam kedua prinsip inilah kita mulai memuji TUHAN.

Belajar dari prinsip pujian ini, kita mendapatkan 2 hal utama:

1. Fokus pada kemuliaan dan kebesaran Allah.

2. Fokus pada tindakanNya yang menyatakan kemuliaanNya itu.

Ini berarti, seberapa besar kita mengerti bahwa Allah akan menolong dan berkuasa atas hidup kita, itu ditunjukkan dari seberapa besar kita mengerti akan kebesaran dan kemuliaan Tuhan.

Sering kita berdoa kepada Allah, agar Ia menolong dan melepaskan kita dari kesulitan. Permasalahan utama bukan terletak pada Allah mampu atau tidak. Permasalahan utama terletak pada pengertian kita yang sungguh akan Allah, itulah yang bermasalah.

Seringkali kita berdoa meminta Allah melakukan apa yang kita anggap perlu untuk dilakukan. Namun seringkali kita lupa menyatakan siapakah sesungguhnya Allah kita itu.

Daud mengajarkan prinsip ini untuk kita mengerti. Pengertian akan Allah, seharusnya mendorong kita untuk mengerti kemampuan Allah untuk melakukan apa yang berkenan menurut kerelaan kehendakNya.

Pengertian kita akan siapakah Allah itu sesungguhnya haruslah selalu mendahului keinginan kita yang disampaikan kepada Allah.

Contoh:
Kita dalam kesulitan untuk mengerjakan tugas yang dilakukan oleh pimpinan kita. Selanjutnya hal itu kita bawa dalam doa kepada Allah.

Pertanyaan: Apakah itu sudah selesai?
Jawaban: Tidak.

Itu hanyalah bagian kedua dari mazmur pada perikop ini. Kita harus melakukan langkah pertama: Mengenal siapakah Allah itu sesungguhnya.

Pengenalan kita akan siapakah sesungguhnya Allah itu, haruslah mendahului doa permintaan kita. Itu akan membuat doa kita mempunyai makna dan arah yang berbeda. Kita tidak lagi melihat dari sisi kita, tetapi akan melihat dari sisi Allah. Itu yang terpenting dalam doa kita.

Minggu, 20 Mei 2007

Hidup bersama Allah

Bacaan: Mazmur 144

Mazmur ini terdiri dari dua bagian utama dan satu bagian transisi.

Bagian pertama merupakan permintaan agar Allah membebaskan dari musuh-musuh, terdiri atas:
1. Pujian kepada Allah. Ini merupakan keyakinan atas kepercayaan pemazmur terhadap Allah yang selama ini dia kenal.
2. Pengakuan atas tidak berharganya manusia ini, remeh, tidak bernilai juga pengakuan akan ketergantungan penuh atas pertolongan Allah.
3. Doa untuk pembebasan dan pelepasan dari musuh.
4. Janji untuk terus memuji Allah.

Bagian transisi, yaitu:
Jika Allah membebaskan Daud, maka kerajaannya akan aman dan sejahtera.

Bagian kedua yang merupakan kesejahteraan dan kemakmuran, berupa:
1. Keturunan yang terpelihara oleh Allah.
2. Lumbung yang penuh melimpah serta kambing, domba dan lembu yang banyak.
3. Kebahagiaan meliputi seluruh negeri.

Pada bagian ini kita belajar bahwa Allah adalah Allah yang mulia. The God of glory, itulah pengenalan yang kita dapatkan dari mazmur ini.

Kemuliaan Allah begitu luar biasa, sehingga siapapun yang bersama dengan Allah akan mengalami kemuliaan juga.

Siapakah yang dapat mengalahkan Allah?

Apakah saudara ingin hidup penuh dengan kesejahteraan dan kemuliaan?

Syaratnya mudah: Mintalah kepada Allah. Kembalilah kepadaNya. Engkau dan saya akan merasakan apa artinya hidup dengan penuh kemuliaan. Itu akan dimulai terlebih dahulu dari dalam hati kita yang diubahkan.

Terpujilah Tuhan!

Banyak orang yang begitu kaya, namun kekayaan itu tidak terpancar dari dalam hatinya. Hidupnya penuh dengan kegelisahaan. Artinya kekayaan dunia itu terpisah dengan kekayaan dari dalam hatinya. Itu bukanlah orang kaya, tetapi itu tetap merupakan orang miskin.

Allah akan mengubahkan hidup kita jadi lebih bermakna dan penuh dengan kemuliaan. Itu dimulai dengan kekayaan didalam hati kita terlebih dahulu, kemudian itu secara otomatis akan mengikuti hidup kita. Lumbung akan penuh, kambing domba akan melimpah walaupun kita tidak terlalu menginginkannya.

Kenapa?
Karena hal itu hanya sebagai akibat dari hati kita yang sudah terlebih dahulu melimpah dengan sukacita dan penuh dengan kemuliaan Allah. Ini bagaikan menabur benih kebaikan. Sejelek-jeleknya panen yang dituai, akan jauh melimpah dibandingkan benih yang kita taburkan. Itulah artinya hidup bersama dengan Allah.

Terpujilah Allah.

Sabtu, 19 Mei 2007

Pengenalan Allah dan diri

Bacaan: Mazmur 143

Ini adalah doa meminta pembebasan dari musuh-musuh dan meminta pimpinan Tuhan dari Daud.

Mazmur ini merupakan yang terakhir dari tujuh mazmur yang menyatakan penyesalan. Ketujuh mazmur itu adalah: mazmur 6, 32, 38, 51, 102, 130 dan terakhir mazmur 143.

Tanda utamanya sebagai berikut:
6: Janganlah menghukum aku karena murkaMu.
32: Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya dan ditutupi dosanya.
38: TUHAN, janganlah menghukum aku dalam geramMu.
51: Bersihkanlah aku seluruhnya dari pelanggaranku.
102: Janganlah sembunyikan wajahMu terhadapku.
130: Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan.
140: Janganlah berperkara dengan hambaMu ini.

Dalam liturgy Kristen awal, ketujuh mazmur ini sering dikumandangkan.

Adapun perikop kali ini merupakan mazmur terakhir dari tujuh mazmur penyesalan. Terdiri dari dua bagian besar, yaitu:

1. Mazmur berisi permohonan dan menggambarkan situasi dari permazmur.
- Permohonan awal dari pemazmur.
- Penekanan pada Allah mengenai keadaan sukar dan berbahaya dalam penderitaan.
- Mengingat-ingat pada tindakan Allah pada masa lalu yang melepaskan dari marabahaya.

2. Mazmur yang berisi doa-doa kepada Allah.
- Isi doa-doa: Allah kiranya menjawab permohonan pemazmur, memberitahukan jalan yang harus ditempuh, melepaskan dari musuh-musuh, meminta ajaran untuk dapat melakukan kehendak Allah.
- Kesimpulan dari doa.

Seluruh isi mazmur ini dikurung dalam permohonan awal pemazmur dan kesimpulan dari doa yang mempunyai dua kekuatan:
1. Allah adalah Allah yang setia dan adil.
2. Aku adalah hamba Allah, kiranya Allah bermurah hati dan menolongku.

Ini adalah dua prinsip utama yang harus kita pegang.

Kita harus meyakini betul, Allah adalah adil dan setia. Kasih setiaNya selama-lamanya dalam keadilanNya.

Kita juga harus sadar siapa diri kita, yaitu hamba.

Ini adalah pengenalan sejati. Mengenal siapa Allah dan mengenal siapa diri sendiri. Ketika mengenal Allah, kita mengenal diri sendiri dan ketika mengenal diri sendiri kita akan mengenal Allah.

Daud menyerukan dua pengenal ini dalam mazmurnya. Daud mengurung kondisi dirinya dan doa-doanya dalam dua prinsip pengenalan ini. Kiranya kita juga boleh belajar dari Daud akan hal ini.

Ini adalah pengenalan yang sempurna. Dua pengenalan ini akan membuat hidup kita sejahtera. Segala puji, hormat dan kemuliaan hanya bagi Dia.

Tuhan tolonglah hambaMu ini. Biarlah hambaMu boleh semakin mengenal siapa Engkau dan siapa diri hamba ini. Biarlah pengenalan ini terus menerus menetap dalam diri hamba-Mu, supaya hidupku semakin berkenan dihadapanMu. Terimakasih Tuhan, Amen.

Jumat, 18 Mei 2007

Keluar dari penjara

Bacaan: Mazmur 142

Merenungkan mazmur ini, kita belajar bagaimana berseru untuk berserah dan meminta pertolongan pada Tuhan.

Daud dikejar-kejar oleh Saul yang menjadi raja saat itu.

Daud sudah ditentukan Tuhan menjadi raja menggantikan Saul. Tentu saja raja Saul tidak mau terima, sehingga ingin membunuhnya.

Daud lari dari kejaran Saul dan bersembunyi dalam goa Adulam.

Didalam goa inilah mazmur ini dinyanyikan sebagai suatu doa kepada Allah.

Apa dan bagaimana isi doanya dalam bentuk mazmur ini?

1. Daud menyerukan teriakan minta tolong kepada Allah.
Daud mencurahkan keluhan dan kesesakannya dengan suara nyaring kepada Allah.

2. Daud menyatakan kesesakan dan keputusasaannya.
Yaitu: patah semangatnya Daud. Kenapa? Karena jalan sembunyi yang ditempuhnya agar terhindar dari jerat musuh sudah tidak ada. Juga tidak seorangpun yang menghiraukannya dan mencarinya. Kenapa? Karena tidak ada seorang temanpun yang dapat memberikannya dukungan. Semua dapat diketahui oleh Saul.

3. Daud berdoa untuk diselamatkan.
Karena sekarang hanya Tuhanlah tempat persembunyiannya. Itu menjadi satu-satunya tempat bagi Daud untuk berlindung dan bersembunyi dari musuh, sehingga tidak dapat menemukannya. Daud bisa bebas keluar dari penjara.

Apa yang bisa kita pelajari dari perikop ini?

Kita boleh menyatakan isi hati kita kepada Allah. Curahkanlah semua masalah yang ada kepada Allah. Kenapa? Karena hanya Dia yang sanggup untuk menyelesaikannya.

Teriakkanlah seluruh kegundahan dan kegelisahanmu.

Engkau sedang ketakutan sekarang?

Sedang bersembuyi dari kejaran orang-orang yang ingin menjeratmu?

Tidak ada lagi tempat untuk lepas dari cengkraman musuh?

Daud mengajarkan kita untuk berlindung. Dimana?

Berlindung didalam Allah. Ketika berlindung pada Allah maka kita akan keluar dari penjara kita.

Apa penjara kita?
Keluhan, kesesakan, keputusasaan, patah semangat yang timbul akibat kesulitan hidup yang sekarang dialami.

Maka ingatlah:
Berlindung didalam Allah artinya keluar dari dalam penjara.

Berlindung bukan berarti lepas dari masalah disekeliling kita, namun keluar dari masalah yang ada didalam diri kita.

Ini yang terpenting!

Oh Tuhan, begitu banyak penjara dalam diriku. Ketakutan, kecemasan, kerisauan karena ancaman dari orang-orang yang ingin menjatuhkan saya. Tolonglah ya Tuhan. Biarlah saya boleh berlindung padaMu sehingga bisa keluar dari penjara ini. Terima kasih Tuhan, Amen.

Kamis, 17 Mei 2007

Berkat dan kekuatan

Bacaan: Lukas 24:50-53

Hidup kita adalah hidup yang diberkati sehingga mempunyai kekuatan untuk bersaksi.

Bagaimana kondisi para murid sebelum kebangkitan Yesus?
1. Murid-murid ketakutan sehingga melarikan diri, berpencar satu sama lain.
2. Mereka bersembunyi.
3. Mata mereka tertutup seperti ada selaput yang menutupi sehingga tidak bisa melihat Yesus.
4. Pikiran mereka juga tertutup sehingga tidak mengerti arti kitab suci dan hubungannya dengan kematian dan kebangkitan Yesus.

Setelah Yesus menguatkan mereka serta meneguhkan mereka bahwa Ia sungguh-sungguh bangkit, maka tiba saatnya Yesus untuk pergi. Ia akan mengutus Roh Kudus untuk menggantikanNya mendampingi para murid.

Yesus mengajak mereka pergi ke luar kota, sampai dekat Betania.

Disitu Yesus menggangkat tangan dan memberkati mereka. Ketika memberkati mereka itu, Yesus berpisah dengan para muridNya dan terangkat ke sorga.

Apa yang respon dengan murid-murid?
1. Murid-murid sujud menyembah Dia.
2. Pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita.
3. Punya keberanian untuk senantiasa berada didalam Bait Allah.
4. Memuliakan Allah.

Poin 1, 2 dan 4 bisa kita pahami. Karena sambil sembunyi-sembunyipun kita masih bisa melakukannya. Namun pada poin 3 berbeda, yaitu: “Punya keberanian untuk senantiasa berada didalam Bait Allah.” Ini tidaklah mudah.

Apa maksudnya?
Karena Bait Allah tempat berkumpul para Imam dan Ahli Taurat serta orang-orang Farisi. Ini tidak mudah bagi para murid. Tindakan 1, 2 dan 4 dilakukan pada tindakan 3 yaitu didalam Bait Suci. Itu baru luar biasa.

Ini adalah gabungan antara kerinduan dari dalam diri kepada Allah (poin 1,2,4) dan keberanian untuk meresikokan diri (poin 3) didepan orang banyak.

Apakah ini mudah?

Tentu tidak.

Sering dalam hidup kita merasakan apa artinya dekat dan berelasi dengan Allah. Itu ada tanggung jawab vertikal kita. Namun jangan lupa juga, tanggung jawab vertikal itu harus kita saksikan pada sesama manusia. Itu merupakan tanggung jawab horizontal kita.

Ketakutan akan menjadi keberanian, kesedihan akan berubah menjadi sukacita. Ini adalah akibat kuasa kebangkitan Kristus. Tapi tidak berhenti disitu saja. Kuasa kebangkitanNya juga akan memberikan kekuatan untuk bersaksi kepada orang banyak, bahkan kepada musuh kita sekalipun.

Kiranya berkat Yesus pada murid-murid juga menjadi berkat bagi kita sehingga menjadi kekuatan untuk melanjutkan tongkat estafet injil hingga akhir zaman, Amen.

Rabu, 16 Mei 2007

Membuka pikiran

Bacaan: Lukas 24:36-49

Banyak orang hingga sekarang yang tidak percaya Yesus bangkit. Ada mengatakan itu tidak benar atau bohong. Ada juga yang mengambil kesimpulan itu sebagai metafora atau sebagai kiasan dalam memori orang percaya saat itu.

Apakah benar demikian?

Murid-murid juga mengalami hal yang sama. KematianNya membuat semangat mereka pudar bahkan padam.

Apa yang Yesus lakukan bagi mereka?

1. Yesus tiba-tiba berdiri ditengah-tengah para murid yang tengah berkumpul.

2. Yesus berkata-kata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu.”

3. Yesus mengerti ketakutan mereka dan berkata: “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan dalam hatimu.”

4. Yesus meminta mereka melihat melihat tanda ditangan dan kakiNya.

5. Yesus meminta mereka untuk meraba, karena hantu tidak punya tulang dan daging.

6. Yesus meminta makan bersama mereka. Yesus makan sepotong ikan goreng didepan mata mereka.

7. Yesus mengatakan mengenai isi kitab suci, bahwa kematianNya sudah tertulis pada kitab suci dan Yesus harus menggenapiNya.

Apa yang kita pelajari dari hal ini?

1. Yesus yang bangkit adalah kebangkitan daging, karena Yesus bukan hantu. Yesus berkata: “… karena hantu tidak ada daging dan tulangnya seperti yang kamu lihat ada padaKu.”

2. Tubuh Yesus yang baru ini bisa menembus pintu rumah karena tiba-tiba ada diantara mereka.

Apa yang bisa kita simpulkan?

Kebangkitan Yesus adalah sungguh-sungguh kebangkitan daging. Tubuh Yesus terdiri dari daging dan tulang. Prinsip ini Yesus inginkan supaya kita pegang terlebih dahulu. Kita bahkan diminta menjadi saksi dari semuanya itu.

Itulah yang Tuhan Yesus inginkan kita mengerti. Prinsip dasar ini haruslah tertanam dalam hati kita dan menjadi prinsip utama mengenai kebangkitan.

Mengapa banyak orang tidak mengerti dan percaya akan kebangkitan ini?
Sederhana saja. Murid-murid juga tidak mengerti dan percaya.

Kalau begitu apa syaratnya supaya kita mengerti dan percaya?
Perikop diatas jelas menuliskan: “Lalu Ia membuka pikiran mereka.”

Kalau Yesus tidak membuka pikiran, maka kebangkitan ini tidak akan dimengerti. Prinsip ini menjadi dasar untuk mengerti apa sebenarnya arti kebangkitan Kristus.

Tuhan Yesus, bukalah pikiran kami sehingga boleh mengerti akan kebangkitanMu yang sungguh-sungguh dan juga merasakan kuasanya.

Selasa, 15 Mei 2007

Mata yang tertuju

Bacaan: Mazmur 141.

Mazmur ini menceritakan keinginan hati Daud, yaitu:
1. Kerinduan agar Allah mendengarkan seruannya.
2. Kerinduan agar Allah menjaganya dari berbicara, mempunyai keinginan dan tindakan yang jahat.
3. Kerinduan akan nasib orang-orang fasik yang setimpal dibayar dengan perbuatan mereka.
4. Kerinduan agar Allah melepaskan dari jerat orang-orang fasik tersebut.

Dimanakah kekuatan dari mazmur ini?

Saya tetarik sekali pada ayat: “Tetapi kepadaMu ya ALLAH, Tuhanku, mataku tertuju….”

Mata yang tertuju kepada Allah.

Apa yang kita lihat, itu akan mempengaruhi hati kita. Kita lihat uang, maka hati dan pikiran kita yang sudah rusak akan menggenapi apa yang sudah kita lihat.
Kita lihat karir, maka hati dan pikiran kita terfokus juga kesana.

Dimana matamu melihat dan tertuju, maka disitulah kita akan melangkah.

Petanyaannya: Bukankah kita hidup di dunia ini?
Bukankah disekeliling kita penuh dengan cobaan-cobaan bagaikan ular berbisa yang siap untuk mematuk kita?

Ingat: Fokuskan mata kita melihat Allah, jangan melihat sekeliling. Itu akan menyelamatkan kita.

Bagaimana mungkin?

Saya teringat akan bangsa Israel yang keluar dari Mesir ketika berada di padang gurun. Mereka melewati daerah yang penuh dengan ular tedung. Akhirnya banyak yang mati karena digigit ular. Konsentrasi dan perhatian mereka focus pada bagaimana menghindari. Mata mereka menjadi awas melihat dimana ada atau tidak. Ular tedung menjadi fokus utama supaya melihat.

Musa Akhirnya diperintahkan Allah membuat ular tedung dari tembaga yang dibuat diatas tongkat yang diangkat tinggi-tinggi. Barang siapa yang melihat tongkat itu akan selamat.

Demikian juga dengan Kritus. Siapa yang melihat pada Kristus yang mati tersalib juga akan diselamatkan.

Bagaimana dengan kita saat ini? Siapakah yang kita lihat dan menjadi fokus kita?

Lihatlah pada Allah yang mengirimkan anakNya mati diatas kayu salib untuk menebus dosa kita.
Itu akan membebaskan kita dari “gigitan” orang-orang fasik dan dunia ini.

Senin, 14 Mei 2007

Sumber kekuatan

Bacaan: Mazmur 140

Dimanakah kita sekarang ini hidup? Didalam dunia yang penuh dosa.

Bagaimana kondisi yang kita alami sekarang ini menurut pemazmur Daud?
1. Banyak orang didunia ini yang menghasut, merancangkan kejahatan dan melakukan kekerasan.
2. Banyak orang fasik, orang congkak yang melakukan kekerasan dan memasang jerat.

Apa yang diharapkan oleh pemazmur Daud?
1. Allah meluputkannya dari segala bencana tersebut.
2. Allah mengukum mereka.

Ayat terakhir pada mazmur ini ada tertulis: “… orang-orang benar akan memuji namaMu, orang-orang yang jujur akan diam di hadapanMu”.

Diam dihadapan Allah, itulah kuncinya.

Diam dihadapan Allah berarti mengandalkan kekuatanNya bukan kekuatan diri sendiri.

Ada saatnya kita diam dihadapanNya ketika hidup aktif didunia ini. Diam ini berarti kita hening sejenak, mendengarkan Allah berbicara, mempersilahkan Allah berkarya dan menguatkan kita.

Seperti mobil yang sedang pergi jauh, maka pom bensin adalah kekuatan utamanya. Ketika bensin habis, maka habis jugalah kekuatan mobil itu untuk bergerak. Semakin banyak bensin yang dimilikinya, maka semakin jauhlah mobil itu bisa bergerak dibandingkan mobil yang lain. Maka setiap mobil wajib untuk berhenti sejenak di pom bensin.

Kita tidak perlu takut akan dunia ini yang penuh dengan rancangan si jahat. Yang penting: adakah waktunya kita ke “pom bensin” rohani kita?

Sadarkah saudara, pom bensin itu bisa saudara bawa kemana saja saudara melangkah.

Setiap saudara bergerak aktif didunia ini, teruslah ingat akan firmanNya. Firman Tuhan akan menjadi kekuatan yang melindungi dan menguatkan serta membebaskan kita dari segala musuh.

Diam didalam Dia itu berarti mendengarkanNya dan mempersilahkan Dia berkarya aktif dalam hidup kita.

Sudahkah firmanNya menjadi kekuatan kita dalam aktifitas sehari-hari?

Ayo jangan lupa saat teduh!

Minggu, 13 Mei 2007

Tiada tempat bersembunyi

Bacaan: Mazmur 139

Allah adalah Allah yang maha tahu. Daud mengungkapkannya dalam mazmur puji-pujian.

Apa isi dari mazmur Daud itu?

1. Allah mengetahui saya secara sempurna.
Jauh melebihi pengetahuan saya akan diri saya sendiri. Allah mengetahui setiap tindakan dalam aktifitas saya, setiap tempat beristirahat, setiap ide atau pergumulan dalam pikiran bahkan juga ucapan yang belum sempat saya utarakan.

2. Tidak ada tempat bagi saya untuk bersembunyi.
Tidak ada satu tempatpun dimana kita bisa melarikan diri dari Allah.

3. Bahkan Allah juga membentukku sejak dalam kandungan.

4. Allah juga tahu akan semangat setiap orang yang mau berjuang bagiNya.

Perikop ini menuliskan: “…maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagiMu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.”

Kalau kita ingin bersembunyi, kemanakah tempat yang paling baik? Tentu tempat yang tersembunyi adalah tempat dimana tidak seorangpun yang tahu.

Mana lebih mudah orang mengenali kita, pada siang hari atau malam hari? Ingatlah, kegelapan adalah tempat yang tepat untuk bersembunyi.

Tetapi kita haruslah mengerti bahwa kegelapan itu ada dalam pengertian kita yang terbatas. Ketika ada terang, maka kegelapan itu menjadi tidak ada. Karena bagi Allah kegelapan itu sama dengan terang.

Coba pikirkan: Sebuah ruangan kosong tertutup dengan sebuah lampu didalamnya. Kalau lampu mati, maka muncul kegelapan. Kalau lampu redup, maka akan kelihatan remang-remang. Kalau lampu memancar terang, maka tidak terlihat kegelapan. Ini berarti ada tidak gelap itu tergantung cahaya lampu. Dari kekuatan lampu itulah kita bisa mengukur kondisi yang paling gelap, yaitu gelap 100%, remang-remang dan gelap 0%.

Allah adalah terang adanya. karena itu Allah tidak pernah mengalami redup dan padam, seperti terang pada lampu rumah kita. Maka posisi paling gelap pada Allah adalah terang itu sendiri. Bagi Allah, kegelapan itu seperti terang benderang. Karena Allah ada terang. I am the Light of the world.

Didalam tempat yang gelap pekat dalam satu ruangan kita bisa diam tidak bersuara, dan orang sulit mengetahui posisi kita berada. Namun bagi Allah, tidak ada tempat gelap atau redup atau remang-remang. Posisi tempat gelap bagi Allah, itu tetap merupakan kondisi yang terang benderang baginya. Karena Allah adalah terang.

Pemahaman mengenai Allah maha tahu ini membawa kita pada keyakinan penuh untuk bisa mengandalkan Dia dan hanya Dia saja. Tuhan mengerti kesulitan kita, Tuhan mendengar teriakan kita. Tidak ada yang tertutup bagi Dia.

Ini seharusnya membawa kita untuk tidak kuatir dalam hidup ini, karena Allah ada dan mengetahui kita berada.

Sabtu, 12 Mei 2007

Merubah diri

Bacaan: Mazmur 138

Ini adalah mazmur raja Daud atas pertolongan Allah. Daud diselamatkan dari segala musuhnya. Apa isi mazmur Daud?
1. Semua raja akan tersungkur padaNya.
2. Dalam kesesakan, Allah akan mempertahankan hidup Daud.
3. Terhadap amarah musuh, Allah akan mengulurkan tangan kepada Daud.

Karena itulah Daud penuh syukur pujian kepada Allah.

Pertanyaannya:
Apakah Daud bersikap pasif?
Apakah Daud tidak aktif berjuang?

Jawabannya ada pada ayat 3: “Pada hari aku berseru, Engkaupun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.”

Ada tiga proses penting pada ayat tersebut:

1. Kita berseru kepada Tuhan.
Ini penting sekali. Seruan kepada Tuhan berarti mengarahkan hidup kita kembali kepada Tuhan. Arah ini penting sekali. Sekarang kita berjalan dan berjuang dalam hidup. Pertanyaannya: Kemanakah arah hidup kita? Ketika kita berseru kepada Tuhan itu artinya mengembalikan arah kita ke jalur yang benar. Kita kembali kepada Allah.

2. Allah menjawab kita.
Itu berarti kita mengerti bahwa arah kita sudah tepat. Karena kita mengetahui bahwa Allah sekarang menjawab kita. Seringkali kita merasa Allah tidak menjawab dan mempedulikan hidup kita. Pertanyaannya adalah: Apakah engkau sudah bertanya pada Allah? Ketika arah hidup kita tidak kembali kepada Allah, kita berseru disana sambil membelakangi Allah dan berjalan menjauh dariNya. Kita tetap pada arah kita sambil kita berseru padaNya. Allah tidak akan menjawab kita, karena Allah tidak bisa kita setir untuk mengikuti arah yang kita inginkan. Kembalikan arah hidup kita kepada Allah, maka Ia akan menjawab kita.

3. Allah menjawab bukan dengan membuat kita aktif. Allah memperkuatkan kita. “Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku”. Ingatlah saudara, ketika kita mengangkat beban 100 kg, kita ternyata tidak mampu mengangkatnya. Maka Allah tidak akan mengurangi beban itu menjadi 50 ataupun jadi 10 kg. Tetapi Allah yang memperkuat kita sehingga punya kemampuan mengangkat beban hingga melebihi 100 kg. Itu yang Allah lakukan. Allah tidak merubah sekeliling kita menjadi lebih baik, namun Allah menguatkan kita untuk dapat mengatasi kesulitan di sekeliling kita.

Seringkali kita meminta Allah merubah sekeliling kita. Sebenarnya Allah merubah kita. Untuk itulah Daud bermazmur.

Oh…, Tuhan. Biarlah sekeliling hambaMu ini semakin sulit dan berat. Janganlah mengubahnya menjadi lebih mudah, tetapi berikanlah hambaMu kekuatan untuk mengatasinya. Amen.

Jumat, 11 Mei 2007

Nyanyian dalam pembuangan

Bacaan: Mazmur 137

Mazmur 137 adalah mazmur yang dinyanyikan didalam pembuangan.

Ada tiga point utama dalam mazmur tersebut:
1. Mengingat akan penderitaan dan siksaan dalam pembuangan.
2. Sumpah akan komitmen total untuk kembali ke Yerusalem.
3. Seruan kepada Allah akan keadilan terhadap musuh yang sekarang menjajah mereka. Supaya yang menjajah mereka juga mengalami yang mereka alami sehingga mengerti akan derita mereka.

Coba kita perhatikan ayat pertama: “Di tepi sungai-sungai Babel, disanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion.”

Duduk menangis di negeri orang sebagai budak atau bangsa yang terjajah. Menyedihkan!
Mengingat akan Sion, tempat tinggal mereka dahulu. Mengingat Yerusalem yang sudah dihancurkan akan mencucurkan air mata.

Saya percaya ingatan akan Sion, itu juga membuat mereka ingat akan dosa-dosa mereka. Itu menimbulkan kerinduan yang besar untuk kembali total kepada Allah sebagai pemelihara mereka.

Memang hidup kita pun seringkali demikian. Suka lupa akan Allah dan pemeliharaanNya. Lebih suka mendengarkan diri sendiri dan dongeng-dongeng daripada Allah.

Banyak hal sekarang yang membuat kita melupakan Allah. Yang paling utamanya adalah uang, karir, masa depan dan lain sebagainya. Sibuk mengurus diri sendiri.

Bagaimana sikap yang bisa kita ambil sekarang?

1. Bertobat dari sekarang dan kembali padanya. Merubah sikap dan komitmen ulang untuk mengasihi Dia.

Atau...,

2. Mengalami pukulan dulu dari Allah, baru kita ingat.

Seringkali kita mengalami hal ke dua. Alami dulu kepahitan baru kembali kepadaNya.

Apakah perlu kita mengalami “bernyanyi dalam pembuangan”?

Tuhan Yesus, tolonglah hambaMu ini. Jangan biarkan hambaMu ini mengalami pukulan berat akibat dosa-dosa hambaMu. Ijinkanlah hambaMu ini mengalami kesulitan karena demi namaMu, Amen.

Kamis, 10 Mei 2007

Kerendahan hati dan kasih setia Allah

Bacaan: Mazmur 136:10-26

Ayat 23: Dia yang mengingat kita dalam kerendahan kita; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya.

Allah adalah Allah yang penuh dengan kasih setia.

Kita mempelajari dari bukti-bukti sejarah bangsa Israel yang ditunjukkan pada perikop diatas:

1. Allah dengan tangan yang kuat dan teracung, memukul mati anak-anak Mesir untuk membawa Israel keluar dari tengah-tengah mereka.

2. Allah membelah laut Teberau untuk menyeberangkan Israel serta mencampakkan Firaun dan tentara-tentaranya di tengah-tengah Laut.

3. Allah memimpin umat melalui padang gurun.

4. Allah memukul raja-raja besar dan mulia seperti Sihon raja orang Amori serta Og raja negeri Basan. Mengambil tanah pusaka mereka serta memberikannya menjadi tanah, milik pusaka Israel, hambaNya.

Apa syaratnya untuk mendapatkan kasih setia Allah yang demikian?

Allah mengingat kita dalam kerendahan kita!!!

Sikap rendah hati menjadi pondasi utama untuk mendapatkan kasih setia Allah.

Proses yang kita alami adalah:
1. Sikap rendah hati kita menjadi tolak ukur Allah mengingat kita. Itu artinya TUHAN yang memimpin.
2. Setelah itu barulah kita melihat bagaimana Allah membebaskan kita dari lawan.
3. Kemudian kita mengetahui bagaimana Allah memberikan roti kepada segala mahluk.

Itu artinya, Allah adalah Allah yang menguasai semesta langit, termasuk kita didalamnya yang merupakan bagian kecil dari seluruh alam semesta ini.

Apa pesan yang bisa kita dapatkan?

Ketika kita merendahkan diri dihadapan Allah, kita akan merasakan kasih setiaNya untuk selama-lamanya.

Banyak orang yang terbalik. Melihat dahulu kasih setia Allah baru bisa rendah hati. Melihat bukti baru percaya.

Alangkah bodohnya juga jikalau kita sudah melihat kasih setia Allah, namun tetap memegahkan diri.

Iman adalah melampaui bukti.

Kerendahan hati dihadapan Allah membuat iman kita bisa bersandar penuh padaNya. Disinilah kasih setia Allah bekerja dengan melimpah-limpah.

Rabu, 09 Mei 2007

Mahakuasa dan kasih-setiaNya

Bacaan: Mazmur 136:1-9

Mempelajari perikop diatas menarik perhatian kita.

Setiap ayat dibagi dalam dua kalimat. Kalimat pertama adalah kalimat pujian kepada Allah dan kalimat kedua adalah: "Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya."

Kita harus bersyukur karena kita mempunyai Allah yang baik.

Sipakah Allah kita yang baik itu?
1. Allah diatas allah.
2. Tuhan segala tuhan.
3. Allah seorang diri melakukan keajaiban-keajaiban besar.
4. Allah menjadikan langit dengan kebijaksanaanNya.
5. Allah yang menghamparkan bumi di atas air.
6. Allah yang menjadikan benda-benda penerang yang besar.
7. Menjadikan matahari untuk menguasai siang.
8. Menjadikan bulan dan bintang untuk menguasai malam.

Allah kita adalah Allah yang maha kuasa. Jauh lebih berkuasa dibandingkan allah dan tuhan lainnya. Jauh lebih berkuasa dibandingkan alam, karena itu semua hanyalah ciptaanNya. Patung patung berhala manusia hanyalah dari alam yang merupakan ciptaan Allah.

Tahukah saudara dalam perikop diatas, setiap point mengenai siapakah Allah selalu diakhiri dengan: "Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya."

Allah mahakuasa atas segala sesuatu selalu dikaitkan dengan Allah yang selama-lamanya kasih setiaNya. Itu berarti ketika kita bergantung penuh dalam tangan Allah, maka kita harus mengaitkan kasih setiaNya yang berlangsung selama-lamanya dengan kemahakuasaanNya. Ini menjadi jaminan penuh bagi kita.

Coba renungkan implikasi dari dua argumentasi dibawah ini:

1. Kalau Allah mahakuasa namun kasih setiaNya tidak selama-lamanya, apakah kita bisa bersandar total padaNya? Implikasi ini membawa kita kepada suatu pemikiran bahwa Allah suatu saat bisa melupakan kita yang dikasihiNya.

2. Kalau kasih setia Allah selama-lamanya namun Dia tidak mahakuasa, apakah kita juga bisa bersandar total padaNya? Implikasi ini membawa kita juga kepada suatu pemikiran bahwa suatu saat ada kuasa lain yang lebih besar daripada Allah yang bisa merebut kita dari kasih setiaNya.

Puji TUHAN. Kita mempunyai Allah yang mahakuasa dan kasih setiaNya selama-lamanya.

Segala kemuliaan hanya bagi Allah, Amen.

Selasa, 08 Mei 2007

Hidup yang peka

Bacaan: Mazmur 135

Ayat 15-18: Berhala bangsa-bangsa adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, juga nafas tidak ada dalam mulut mereka. Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, semua orang yang percaya kepadanya. Hai kaum Israel, pujilah TUHAN! Hai kaum Harun, pujilah TUHAN! Hai kaum Lewi, pujilah TUHAN! Hai orang-orang yang takut akan TUHAN, pujilah TUHAN! Terpujilah TUHAN dari Sion, Dia yang diam di Yerusalem! Haleluya!

Sadarkah saudara bahwa TUHAN begitu mengasihi saudara?
Sejak jaman dahulu sudah di tunjukkanNya. Melalui perikop ini kita melihat bagaimana pekerjaan TUHAN bagi umatNya.
1. TUHAN memilih umat yang dikasihiNya.
2. Mengatur alam semesta bagi mereka.
3. Menaklukkan segala sesuatu yang merintangi dan membahayakan umatNya.
4. Membuat segala anasir alam semesta dan semua kuasa illah bangsa-bangsa lain tunduk menjadi tidak berarti di hadapan Allah.
5. Terus setia memelihara umatNya dari generasi ke generasi.

Kalau demikian, siapakah yang sekarang menjadi pusat hidupmu?
Perak & emas?
Jabatan & kekuasaan?
Pekerjaan?

Kalau bukan TUHAN, itu artinya engkau sedang menyembah berhala, yaitu menjadikan illah-illah lain pusat hidupmu.

Apa nasib dari orang yang berbuat demikian?
1. Mempunyai mulut namun tidak dapat berkata-kata.
2. Punya mata tapi tidak bisa melihat.
2. Punya telinga namun tidak dapat mendengar.
3. Tidak ada nafas dari mulut, itu berarti mati.

Kita hidup namun tidak hidup dalam kebenaran. Artinya kita mati di dalam kebenaran. Tidak ada sensitifitas atas kebenaran itu sendiri.

Saya jadi teringat akan manusia jaman dulu untuk menghilangkan racun panah dari dalam tubuh. Yaitu membuat bara dari besi dan ditempelkan ke bagian tubuh yang terkena racun. Apa akibatnya? Racun tersebut mati tetapi bagian tubuh itu juga ikut mati sel-selnya. Sehingga tidak dapat lagi merasakan sentuhan dari sel-sel syarafnya.

Oh.... TUHAN Yesus, tolonglah saya. Biarlah kiranya sel-sel kehidupan saya tetap peka akan kebenaran. Latihlah hambaMu sehingga makin hari makin sensitif akan panggilanMu. Terima kasih TUHAN, Amen.

Senin, 07 Mei 2007

Pujian diwaktu malam

Bacaan: Mazmur 134

Ayat 1-3: Nyanyian ziarah. Mari, pujilah TUHAN, hai semua hamba TUHAN, yang datang melayani di rumah TUHAN pada waktu malam. Angkatlah tanganmu ke tempat kudus dan pujilah TUHAN! Kiranya TUHAN yang menjadikan langit dan bumi, memberkati engkau dari Sion.

Ini adalah suatu liturgi berupa pujian yang dinyanyikan saat pertukaran sejenak antara para penyembah yang datang khusus ke bait suci untuk tugas pelayanan hingga sore hari dengan para imam.

Setelah pelayanan sore, para penyembah akan meninggalkan bait suci yang digantikan para imam yang bertugas sepanjang malam.

Saya sangat tertarik dengan ayat: ".... pujilah TUHAN..... waktu malam".

Perikop ini menarik perhatian. Memuji TUHAN pada waktu malam.

Kita biasa memuji TUHAN di waktu siang hari. Saat matahari terbit bersinar, saat semua orang sudah bangun pagi dan siap memulai kerja mereka.

Tapi waktu malam? Rata-rata orang mulai tertidur.

Malam seringkali dikontraskan dengan siang.

Malam seringkali menggambarkan tentang ketidakmampuan, kesunyian, tersendiri, kesepian bahkan kesedihan.

Coba tanya gambaran orang-orang mengenai malam, apakah mereka lebih menyukainya dibandingkan siang hari?

Puji TUHAN!

Memuji diwaktu malam.

Banyak orang yang setia diwaktu keadaan terang benderang, semuanya terlihat dengan baik, segala sesuatunya begitu menyenangkan.

Tapi begitu sedikit orang yang masih mau bekerja melayani TUHAN diwaktu sepi dan gelap.

Bagaimana konsep kita melayani TUHAN?
Ingatlah: bukan saat terang kita berjalan, namun saat gelap kita masih berlari.
Serve our GOD with heart and mind.

Jikalau hidup saudara terasa seperti di malam hari, gelap dan tersendiri. Itulah saat yang tepat untuk memuji TUHAN.

Minggu, 06 Mei 2007

Pergumulan hamba Tuhan

Bacaan: Yeremia 45:1-5

Perikop ini merupakan bagian terakhir catatan mengenai Yehuda. Menceritakan pergumulan Barukh yang belum selesai.

Sejak awal pelayanannya mengikuti Yeremia, Barukh sudah mengeluh. Keluhan Barukh sudah terdengar sejak tahun keempat pemerintahan Yoyakim bin Yosia.
1. Celakalah aku sebab TUHAN telah menambahkan kedukaan kepada penderitaanku!
2. Aku lesu karena keluh kesahku.
3. Aku tidak mendapat ketenangan.

Barukh memang selanjutnya menjalankan pelayanannya dengan berani.
1. Menjadi pengikut setia Yeremia.
2. Menuliskan nubuatan-nubuatan Yeremia.
3. Membacakannya dihadapan rakyat yang tentu meresikokan hidupnya.
4. Menjadi saksi atas jual beli tanah antara Yeremia dan keluarganya yang terletak di Anatot.
5. Setelah Yerusalem jatuh, ia tetap bersama Yeremia di Mastofa.
6. Setelah Gedalya dibunuh, ia ditangkap karena dituduh mempengaruhi Yeremia untuk tetap di Yerusalem.
7. Akhirnya ia ditangkap bersama Yeremia dan dibawa ke Mesir.

Bagaimana tanggapan TUHAN atas keluhan Barukh yang terus berlanjut hingga sekarang?
1. Tuhan menegaskan, bahwa dalam hidup Barukh akan tetap melihat TUHAN meruntuhkan, mencabut bahkan sekalipun untuk seluruh negeri itu dilakukan.
2. Barukh diminta jangan mencari hal-hal besar baginya sendiri, karena TUHAN akan mendatangkan malapetaka pada Yehuda di mana Barukh hidup.

Kalau begitu bagaimana nasib hidup Barukh?
Nyawa Barukh akan tetap dipelihara kemana saja dan kesegala tempat Barukh pergi.

Apa pesan yang kita dapat?

Setiap hamba TUHAN akan mengalami kesulitan. Permasalahan utama bukan pada kesulitannya, namun pada bersandar pada tangan Tuhan. Ini tidaklah mudah!

TUHAN juga tidak meluputkan hambanya dari peperangan, api dan kelaparan. TUHAN menyelamatkan didalamnya.

Sabtu, 05 Mei 2007

Kedaulatan Allah

Bacaan: Yeremia 44:20-30

Ayat 30: Beginilah firman TUHAN: "Sesungguhnya, Aku menyerahkan Firaun Hofra, raja Mesir, ke dalam tangan musuhnya dan ke dalam tangan orang-orang yang berusaha mencabut nyawanya, sama seperti Aku telah menyerahkan Zedekia, raja Yehuda, ke dalam tangan Nebukadnezar, raja Babel, musuhnya yang berusaha mencabut nyawanya."

Kedaulatan Allah tidak dapat dipermainkan. Tidak ada sesuatu kekuatan apapun di muka bumi ini yang dapat mengalahkan kekuatan Allah. Illah-illah juga tidak.

Siapakah yang bertahan terhadap murka Allah?

Yehuda. Dengan cara apa?

Bergantung pada illah-illah lain?
Bergantung pada kekuatan diri sendiri?
Allah hancurkan dengan mengirimkan Nebukadnezar, raja Babel.

Bergantung pada ratu sorga?
Bergantung pada kekuatan Mesir?
Allah menghancurkan dengan mengirimkan Nebukadnezar, raja Babel.

Hai Yehuda...., dimanakah sumber kekuatanmu?
Hai Yehuda...., dapatkah engkau melarikan diri dari Allah?
Hai Yehuda...., dapatkan engkau melawan Allah?

Bahkan Allahpun berjaga-jaga untuk kecelakaan dan bukan untuk kebahagiaan orang Yehuda.

Semua ini karena Yehuda telah berpaling dari Allah.

Hai Yehuda...., kenapakah engkau melawan dan tidak mau mendengarkan Allah?

Ingatlah!
Allah adalah sumber hidup kita.

Raja-raja dan bangsa-bangsa tidak dapat menahan murka Allah.
Illah-illah jaman juga tidak dapat menahan murka Allah.

Karena Allah berdaulat atas seluruh isi dunia ini.

Jumat, 04 Mei 2007

Menantang Allah

Bacaan: Yeremia 44:1-19

Ayat 16: "Mengenai apa yang kau katakan demi nama Allah kepada kami itu, kami tidak akan mendengarkan engkau, tetapi kami akan terus melakukan segala apa yang kami ucapkan, yakni membakar korban kepada ratu sorga dan mempersembahkan korban curahan kepadanya seperti telah kami lakukan, ...."

Ini adalah episode terakhir atas nubuatan Yeremia kepada sisa-sisa bangsa Yahudi.

Merenungkan kitab Yeremia ini terus menerus, sungguhlah menyedihkan hati. Ini adalah gambaran kita manusia yang terus-menerus menolak Allah.

Allah telah membuat perjanjian dengan nenek moyang Yehuda, sebagai Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Allah memberkati sehingga menjadi bangsa yang besar dan kuat.

Namun terus-menerus mereka menghianati perjanjian dengan Allah. Mereka menyembah illah-illah lain yang mendukakan hati Allah.

Hamba-hamba Allah telah terus-menerus dikirim untuk mengingatkan mereka, namun tetap saja ditolak. Allah akhirnya membiarkan mereka untuk dihancurkan oleh bangsa-bangsa lain yang telah siap mengintai.

Yerusalem sekarang sudah hancur. Tidak ada lagi kebanggaan. Sisa-sisa rakyat menjadi kekuatan yang tidak berarti bagi bangsa-bangsa lain.

Seharusnya ini membuat mereka kembali pada Allah dan setia kepadanya. Mereka seharusnya tetap di tanah perjanjian dan tidak pergi ke Mesir. Mereka seharusnya ingat, ketika dulu masih menjadi bangsa yang kecil, Allah terus memelihara mereka.

Apa yang mereka lakukan sekarang?
Bukan hanya pergi ke Mesir, bahkan kembali mendukakan Allah dengan menyembah illah-illah lain, yaitu ratu sorga.

Apa alasan mereka?
Sederhana namun sungguh aneh.
Sewaktu mereka aktif menyembah ratu sorga, kehidupan mereka terjamin. Namun sekarang setelah berhenti membakar korban dan mempersembahkan korban curahan kepada ratu sorga, mereka kekurangan segala-galanya dan dihabiskan oleh pedang dan kelaparan.

Sungguh aneh melihat argumentasi mereka.

Hati yang sudah tertutup akan menyebabkan mereka tidak lagi menghormati dan menyembah Allah. Malah menantang Allah.

Seringkali kalau kita sudah terus-menerus bebal akan teguran Allah, kita lambat laun melupakan Allah dan anugrahNya dalam hidup kita. Bahkan tanpa disadari, kitapun akan menantang Allah secara aktif.

Menyedihkan sekali!

Kamis, 03 Mei 2007

Congkak membawa maut

Bacaan: Yeremia 43:1-13

Ayat 2: Maka berkatalah Azarya bin Hosaya dan Yohanan bin Kareah serta semua orang congkak itu kepada Yeremia:"Engkau berkata bohong! TUHAN, Allah kita tidak mengutus engkau untuk bekata: Janganlah pegi ke Mesir untuk tinggal sebagai orang asing disana, tetapi Barukh bin Neria menghasut engkau terhadap kami dengan maksud untuk menyerahkan kami ke dalam tangan orang Kasdim, supaya mereka membunuh kami dan mengangkut kami ke dalam pembuangan ke Babel."

Sekali lagi, ucapan nubuatan Yeremia tidak mereka dengarkan. Karena ucapan nubuatan itu tidak sesuai dengan isi hati mereka.

Seharusnya mereka belajar, bahwa apa yang dinubuatkan Yeremia selalu terbukti. Orang-orang yang menentang ucapan Yeremia tidak satupun yang terbukti. Ini seharusnya membuat sisa-sisa rakyat Yehuda belajar banyak untuk mempercayai ucapan Yeremia yang sungguh-sungguh merupakan perwakilan Allah.

Namun, jelas sekali mereka tidak belajar hal itu.

Ketika Azarya bin Hosaya dan Yonanan bin Kareah serta semua orang congkak berkata bohong mereka percaya saja.

Alkitab jelas menuliskan: Semua orang congkak.

Lucu juga merenungkan perikop ini.

Siapakah orang congkak itu?
1.Orang Yehuda yang kalah perang.
2.Kemungkinan besar adalah para mantan pembesar atau pejabat kerajaan Yehuda. Ini sebabkan suara mereka didengar rakyat.
3.Harta mereka juga habis ludes, dan sekarang dalam kondisi sebagai bangsa yang ketakutan dan pelu perlindungan.
4.Jiwa mereka terancam bahaya dan tidak ada pelindungan.
5.Kesimpulannya: mereka adalah orang-orang yang lemah juga.

Saya bingung kenapa mereka masih bisa congkak.
Bukankah sudah kalah perang?
Bukankah sudah kehilangan segalanya?

Ternyata ada juga sebagian manusia yang tahu ia kehilangan segalanya, namun tetap tidak bisa kehilangan kecongkakannya.

Apa pengaruh dari kecongkakan mereka?
1.Mereka menuduh Yeremia berkata dusta.
2.Mereka membuat seluruh sisa rakyat akhirnya melawan Allah.
3.Mereka juga membawa kedalam maut, tawanan dan pedang.

Apa respon Allah? Mesir tempat pelindungan mereka akan dihancurkan oleh Nebukadnezar.

Allah memakai Nebukadnezar dalam hal ini sebagai hambaNya untuk menggenapkan nubuatan Allah atas sisa rakyat Yehuda dan nasib bangsa Mesir. Sehingga ucapan Allah mengenai sisa rakyat Yehuda yang pergi mengungsi ke Mesir akan terbukti:
Yang ke maut, ke mautlah!
Yang ke tawanan, ke tawananlah!
Yang ke pedang, ke pedanglah!

Bahkan tempat-tempat penyembahan berhala Mesir yang merupakan sumber kekuatan mereka akan dihancurkan seperti membersihkan pakaian dari kutu-kutu.

Tuhan tolonglah kami. Kami rindu untuk terus bersikap rendah hati dihadapanMu. Hilangkanlah kecongkakan kami dan biarkan kami bersujut dibawah kaki salibMu, Amen.

Rabu, 02 Mei 2007

Ketakutan yang bodoh

Bacaan: Yeremia 42:7-22

Ayat 11-12: Janganlah takut kepada raja Babel yang kamu takuti itu. Janganlah takut kepadanya, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku menyertai kamu untuk menyelamatkan kamu dan untuk melepaskan kamu dari tangannya. Aku akan membuat kamu mendapat belas kasihan, sehingga ia merasa belas kasihan kepadamu dan membiarkan kamu tinggal di tanahmu.

Ketakutan, itu adalah motivasi yang bodoh dari bangsa Yehuda yang tersisa untuk melarikan diri ke Mesir. Wajar saja mereka takut. Kota mereka sudah dihancurkan. Orang-orang kuat sudah ditawan ke Babel. Mereka sudah kalah perang dari Babel. Sangatlah wajar kalau mereka ingin melarikan diri ke Mesir.

Tetapi, yang sangat tidak wajar adalah: mereka mengabaikan kekuatan TUHAN.

Allah berjanji menyertai dan memelihara mereka. Namun jauh didalam hati sisa-sisa dari bangsa Yehuda itu, mereka mau melarikan diri dari Yerusalem. Mereka merasa lebih aman berlindung pada Mesir dibandingkan TUHAN yang mereka sembah.

Apa jawaban TUHAN atas Yehuda yang mau melarikan diri?
1. Pedang akan menimpa mereka di Mesir.
2. Kelaparan tidak akan putus-putusnya mengejar-ngejar mereka.
3. Mereka akhirnya akan mati akibat pedang, kelaparan dan penyakit sampar.
4. Mereka akan menjadi kutuk, kengerian dan aib.
5. Mereka akan mati disana sebagai orang asing.

Mereka terlalu takut kepada Babel yang Allah ijinkan menghancurkan Yerusalem. Bahkan mereka lebih takut kepada Babel dibandingkan Allah.

Allah menjanjikan perlindungan di tanah perjanjian, namun mereka lebih memilih berlindung di tanah asing, Mesir.

Itu adalah ketakutan yang bodoh.

Tuhan Yesus..., seringkali kami juga melakukan kebodohan yang serupa. Tolonglah kami untuk mengandalkan engkau dalam setiap kesulitan yang kami alami. Jangan biarkan kami bersandarkan diri pada uang, harta, jabatan, relasi dan lainnya. Biarlah kiranya kami hanya bersandarkan diri kepada engkau saja, Amen.

Selasa, 01 Mei 2007

Motivasi doa yang salah

Bacaan: Yeremia 42:1-6

Perikop ini didasari oleh ayat sebelumnya, yaitu:

Ayat 17-18: "kemudian mereka berjalan terus dan berhenti di tempat penginapan milik Kimham dekat Betlehem, dengan maksud berjalan terus menuju Mesir, untuk mengelakkan orang-orang Kasdim, yang ditakuti mereka, oleh karena Ismael bin Netanya telah memukul mati Gedalya bin Ahikam yang telah diangkat raja Babel atas negeri itu."

Mereka mau pergi dari Yerusalem, tanah perjanjian Allah, karena takut akan raja Babel atas kematian Gedalya.

Tuhan sudah berjanji kepada nenek moyang mereka untuk mendiami tanah perjanjian. Mereka juga dijanjikan akan terus dipelihara asalkan menurut perintah Allah.

Sekali lagi, mereka tidak menuruti Allah, namun sekarang dikarenakan takut.

Mereka sudah jelas mendengarkan nubuatan Yeremia. Mereka akan dipelihara asalkan tetap jadi jajahan Babel dan menetap di Yerusalem.

Namun hati mereka menolak. Mereka memutuskan untuk pergi. Untuk meneguhkan hati mereka, sekali lagi dilakukan tindakan bodoh seperti yang pernah dilakukan Zedekia, raja mereka. Mereka meminta Yeremia agar berdoa bagi jalan yang harus mereka tempuh dan apa yang harus mereka lakukan.

Sudah membuat keputusan, namun minta Yeremia berdoa bagi mereka.

Mereka berdoa hanya untuk meminta Allah merestui apa yang sudah menjadi keputusan mereka.

Itu adalah motivasi doa yang salah.

Doa yang benar adalah: bukanlah kehendakku, namun kehendakMu jadilah.

Tuhan Yesus, berikan hambamu kesempatan untuk berdoa kepadamu: "Janganlah kehendakku, kehendakMu jadilah. Dan jikalau rencana ini bukanlah kehendakmu, biarlah hanya kesulitan saja yang datang. Terimakasih Tuhan, Amen."